MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTESKTUAL DI KELAS VII SMP



Salam hangat dari ayurostika

Proposal Penelitian:

MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTESKTUAL DI KELAS VII SMP

1.1 Latar Belakang Masalah
Kemampuan bersastra dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMP masih sangat sulit pemahamannya, strategi dan pendekatan pembelajaran diberikan kepada siswa selalu terbentur oleh beberapa faktor di antaranya minimnya sumber belajar di lingkungan siswa, langkanya buku bacaan di perpustakaan serta kurangnya kemampuan guru memahami sastra itu sendiri.
Dengan diluncurkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sedikit banyak memberikan ruang kepada penulis untuk memberikan bahan ajar yang lebih kreatif dan menyenangkan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Saylor (dalam Gapur, dkk. 2001) mengartikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai rancangan kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas seperangkat kompetensi khusus, yang harus dipelajari dan atau ditampilkan siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memperkenalkan berbagai macam strategi pendekatan dan model pembelajaran, sehingga proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia lebih variatif.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan khususnya pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada hakekat pembelajaran bahasa,yaitu belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi sedangkan belajar sastra adalah
belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Standar kompetensi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di antaranya :
Sebagai sarana peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa;
Sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
Sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
Sebagai sarana penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan;
Sebagai sarana pengembangan penalaran dan;
Sebagai sarana keberanekaragaman budaya Indonesia melalui khasanah kesusastraan Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, lebih khusus pada pembelajaran sastra (puisi) harus dapat menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap karya sastra Indonesia. Dalam proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, puisi merupakan salah satu karya seni karena menyuguhkan keindahan yang artistic dalam segi bahasa, impresif, imajinatif serta menumbuhkan kreatifitas yang tinggi. Pembelajaran sastra dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan akan lebih bermakna apabila memakai model pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan model ini siswa akan lebih kreatif untuk berapresiasi dan berimajinasi, karena siswa akan langsung berkomunikasi dengan karya sastra Indonesia melalui media pembelajaran . Siswa juga dapat berekspresi dalam pembuatan sastra/puisi dengan mencoba dibawa secara langsung ke dunia luar lingkungan sekolah, kebun, gunung, sawah, pasar dan lain-lain.
Pembelajaran sastra (puisi) selain untuk berapresiasi terhadap karya lain, juga dapat digunakan untuk berimajinasi siswa itu sendiri dengan bahasa yang sederhana, sehingga dapat mempertajam kepekaan rasa, penghalusan jiwa, penalaran dan daya khayal serta kepekaan terhadap budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat dan lingkungan hidup, untuk mencapai tujuan seperti di atas siswa diharapkan banyak membaca karya sastra dan banyak belajar mengolah kata dan tentunya pihak sekolah harus mendukung dengan pengadaan buku-buku sastra atau bacaan lainnya di perpustakaan.
Apresiasi siswa terhadap sastra (puisi) mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengisi kehidupan kini dan masa yang akan datang. Nilai-nilai kehidupan yang baik, yang diperoleh dari proses pembelajaran sastra (puisi) misalnya; nilai-nilai moral, nilai social kemasyarakatan, keindahan rasa, perasaan halus, nilai kemerdekaan serta nilai-nilai keagamaan.
Pengajaran sastra harus lebih didahulukan dari pada memberikan pengetahuan tentang sastra. Pengajaran sastra pada hakekatnya menanamkan rasa peka terhadap hasil sastra, menanamkan rasa cinta, sehingga timbul kegemaran, kemampuan penangkapan dan penilaian terhadap hasil-hasil sastra (Brahim, dalam Situmorang. 1983.23)
Pembelajaran sastra' bertujuan membina dan membimbing siswa kearah apresiasi yang baik terhadap hasil-hasil karya sastra, membimbing siswa untuk memiliki kepekaan rasa dan kesanggupan untuk memahami sekaligus menikmati dan menghargai terhadap hasil karya sastra Tidak menutup kemungkinan siswa juga diharapkan dapat berekspresi menuangkan ide, gagasannya dan pengalaman estetiknya ke dalam sebuah karya sastra (puisi) walaupun sangat sederhana.
Dalam proses belajar mengajar di SMP memang masih sangat banyak kelemahannya, disamping lingkungan keluarga yang tidak kondusif dalam mendukung anaknya untuk belajar, juga faktor ekonomi yang tidak cukup baik untuk terciptanya siswa belajar yang optimal. Sekolah pun masih belum punya perpustakaan yang representative untuk digunakan sebagai sumber belajar siswa. Latar belakang penulis juga masih sangat kurang terhadap pemahaman puisi, sehingga penulis juga harus ekstra keras untuk belajar lebih banyak.
Dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran apresiasi puisi di SMP penulis mencoba melakukan uji coba dengan mempraktekkan mengajar dengan menggunakan model pendekatan kontekstual (CTL) khusus di kelas VII, dengan pendekatan tersebut penulis membimbing dan membina siswa untuk berapresiasi puisi dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran puisi di SMP tercapai secara optimal. Adapun judul penelitian ini adalah "Model Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Kontesktual di Kelas VII SMP Tahun Pelajaran 2011-2012.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi permasalahan yang akan menjadi obyek penelitian yaitu Model Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Tahun Pelajaran 2011-2012 Kota Bandung.
Adapun perumusan masalah model pembelajaran apresiasi puisi dengan pendekatan kontekstual harus dirumuskan secara jelas, untuk mempermudah mengawali penelitian serta mempermudah merumuskan masalah yang akan penulis teliti.
Surakhmad (1993:36) menyatakan, bahwa ; perumusan masalah itu diperlukan bukan saja untuk memudahkan dan menyederhanakan masalah. Tetapi sangat diperlukan untuk menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang erat kaitannya dengan pemecahan masalah itu sendiri, tenaga, waktu dan biaya yang timbul dari rencana itu sendiri.
Dari uraian di atas penulis ingin mengetahui sejauhmana apresiasi puisi siswa berdasarkan model pendekatan kontekstual di kelas VII SMP Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran Apresiasi Sastra/puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual berhasil dengan baik?
Apakah ada kendala/hambatan yang ditemui penulis dalam pelaksanaan proses pembelajaran apresiasi sastra/puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual di kelas VII SMP?
1.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Sutrisno Hadi (1989 :4) menyatakan bahwa variable adalah obyek yang diteliti sedangkan menurut Suharsini Arikunto (1999 : 91) menyatakan variabel adalah obyek penelitian yang terjadi titik perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menentukan 2 variabel yaitu:
Variabel pertama adalah pembelajaran apresiasi sastra/puisi
Variabel kedua adalah proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

1.4 Definisi Operasional
Untuk menghindari salah persepsi, penulis membuat definisi operasional dalam karya ilmiah ini. Berikut beberapa definisi operasional serta penjelasannya.
Tarigan (1995 : 5) mendefinisikan Pembelajaran sebagai berikut:
Pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses menguasai tujuan pelajaran;
Pembelajaran adalah pengalaman yang dapat diartikan sebagai penghayatan sesuatu yang actual;
Penghayatan akan menimbulkan respon tertentu dari pihak pembelajar;
Pengalaman yang berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan seperti menjadi dewasa, perubahan perilaku serta menambah informasi.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses pengalaman belajar, dimana siswa menemukan informasi berupa ilmu pengetahuan yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, berupa perubahan tingkah laku, pola hidup dan Iain-Iain.
Apresiasi adalah pengenalan nilai pada bidang nilai yang lebih tinggi sehingga siap untuk melihat serta mengenal nilai dengan tepat, dan menjawab dengan hangat dan simpati (Yus Rusyana, 1984: 321). Sedangkan menurut Poerwadarminta (1984 : 55) apresiasi merupakan penilaian yang baik/penghargaan.
Menurut penelitian, penulis berpendapat bahwa apresiasi puisi pada siswa kelas VII SMP ditemukan beberapa tingkatan pemahaman yaitu tingkat menggemari, menikmati dan mereaksi sehingga siswa dituntut kesungguhan dalam belajar.
Mengapresiasi berarti menikmati keindahan sebuah karya puisi, mengapresiasi berarti menghayati dan memahami sebuah karya puisi yang pada gilirannya memberikan penghargaan kepada sebuah karya puisi itu sendiri.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), adalah sebuah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas :2002 : 4). Model pendekatan ini adalah model yang baru dalam proses pembelajaran, titik berat pendekatan ini adalah siswa. Siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian orang lain, siswa secara langsung bersentuhan, mendengar dengan karya sastra melalui sumber belajar dan media pembelajaran.
1.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan dugaan yang diterima sebagai dasar, landasan berpikir, karena dianggap benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Anggapan dasar hendaknya disusun berdasarkan kebenaran yang diperoleh dari penelitian. Dalam menentukan asumsi harus ada relevansi yang mendasari anggapan dasar itu. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1993:57) yang menyatakan bahwa anggapan dasar merupakan asumsi dasar, postulat, atau anggapan dasar harus disusun atas kebenaran yang diperoleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis merumuskan anggapan dasar sebagai berikut:
Apresiasi adalah bagian penting dalam proses pembelajaran apresiasi puisi yang harus disampaikan kepada siswa
Keberhasilan pembelajaran apresiasi puisi ditentukan oleh kegiatan penyampaian bahan pelajaran dalam proses pembelajaran
Model pendekatan kontekstual memberi ruang kepada siswa dalam berapresiasi puisi
Pembelajaran apresiasi puisi perlu terus diberikan untuk lebih menggairahkan siswa dalam proses belajar mengajar dengan bertumpuk pada tujuan pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
1.6 Hipotesis
Hipotesis adalah pemikiran yang dinyatakan dalam bentuk positif. Hipotesis sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (1993 : 62) "Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan, penelitian". Dengan demikian hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap sebuah hasil penelitian sampai terbukti kebenarannya melalui data dan keterangan yang terkumpul.
Pada penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Model Pembelajaran Apresiasi Sastra/Puisi dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII SMP Tahun Pelajaran 2011-2012 menunjukkan kemampuan siswa dengan apresiasi yang baik.

1.7 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah ada, maka penelitian ini bertujuan :
Untuk mengetahui keberhasilan siswa SMP dalam mengapresiasi puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi siswa SMP dalam mengapresiasi puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

1.8 Tempat dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis ambil maka penelitian ini dilaksanakan di SMP pada tahun pelajaran 2011-2012.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember-Februari 2010, setelah penulis mendapatkan surat izin dari kepala sekolah dan pihak dari STKIP Siliwangi Bandung.
1.9 Metode Penelitian
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb.) (Poerwadarminta, 1985 : 649). Metode yang paling tepat menurut penulis adalah metode deskriptif. Dengan metode penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil. Hasil yang dimaksud adalah hasil uji coba proses pembelajaran apresiasi puisi dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan menggunakan media audio (kaset audio), sehingga akhirnya akan dapat diambil kesimpulan apakah pembelajarannya akan berhasil atau tidak.

1.10 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1.10.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1993: 102). Sedangkan menurut pendapat (Surakhmad, 1994: 93) penarikan sebahagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Dalam penelitian uji coba ini penulis menentukan jumlah populasi sebagai sumber data yang akan diteliti. Adapun yang dijadikan populasi penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMP Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 150 siswa.
1.10.2 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian atau wakil yang diteliti (Suharsimi, 1998: 177). Sedangkan sample yang penulis ambil dari penelitian ini adalah 15 % dari jumlah pupulasi kelas 1 SMP yang berjumlah 150 siswa atau sebanyak 30 siswa. Kemudian teknik yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu teknik sampel random kelas.

1.11 Instrumen Penelitian
1.11.1 Persiapan Mengajar
Menurut Poerwadarminta (1976 :29) yang dimaksud dengan mengajar yaitu memberi pelajaran atau melatih.
Mengajar merupakan kegiatan terpadu yang berkesinambungan dengan berbagai komponen, antara lain : komponen guru, bahan, murid, media .tujuan, kurikulum, lingkungan keluarga, masyarakat dan Iain-Iain. Dewasa ini pengertian mengajar mengalami pergeseran makna . Hal ini disesuaikan dengan peran dan fungsi guru sebagai pengajar. Istilah mengajar dewasa ini lebih dititik beratkan pada kegiatan mengarahkan, membimbing, memberi dorongan. Oleh karena itu, peran guru dalam kegiatan mengajar adalah sebagai : pengarah belajar, pemberi fasilitas, pendorong, dan pemberi motif. (Kosadi Hidayat dkk, 1995: 6)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru agar bisa memberi pelajaran dengan cara mengarahkan, membimbing serta memberikan dorongan kepada siswa. Agar kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan baik maka seorang guru harus mampu untuk merancang kegiatan belajar mengajar secara efektif dengan suasana yang kondusif bagi siswa. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar-mengajar .seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, menentukan waktu, memilih metode, kegiatan evaluasi, dsb.
1.11.2 Merumuskan Tujuan
Pada kurikulum yang selama ini berlaku, upaya untuk mengetahui tujuan pembelajaran dilihat melalui tercapai tidaknya tujuan khusus pembelajaran. Sementara itu, untuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dilihat melalui indikator. Pada prinsipnya indikator dikembangkan berdasarkan materi pembelajaran dan atau kompetensi dasar. Satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi 2-5 indikator. Indikator adalah karekteristik, cirri-ciri, perbuatan atau tanggapan yang ditunjukkan oleh siswa berkaitan dengan kompetensi dasar. Indikator yang berisi kata kerja operasional merupakan petunjuk tingkah laku siswa sebagai bukti hasil belajar yang dapat diukur.
Kompetensi dasar yang dipilih penulis yaitu :
Mendengarkan, menanggapi, dan merefleksi pembacaan puisi. Indikatornya :
Mampu menangkap isi puisi dengan mempertimbangkan nada, suasana, irama, dan pilihan kata puisi tersebut
Mampu menangkap isi puisi seperti gambaran pengindraan, perasaan, dan pendapat.
1.11.3 Memilih Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran sastra khususnya biasanya sudah tercantum dalam buku pelajaran untuk siswa Sekolah Menengah Pertama, yang sesuai dengan kurikulum 2004 (Berbasis Kompetensi). Apabila bahan yang sudah ada tersebut tidak sesuai dengan situasi dan kondisi siswa., maka guru boleh menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi siswa.
Pada penelitian ini bahan pembelajaran yang penulis ambil yaitu Menanggapi dan Merefleksikan Pembacaan Puisi. Sedangkan bahan/ materinya diambil dari lagu Ebiet G. Ade yang berjudul "Berita Kepada Kawan". Puisi yang dilagukan Ebiet G. Ade tersebut indah bahasanya dan padat isinya.
1.11.4 Penetapan Alokasi Waktu
Sesuai dengan bahan / materi pembelajaran di atas, maka waktu yang dibutuhkan untuk penyampaiannya yaitu 4 jam pelajaran atau 4 x 45 menit. Penetapan waktu ini didasarkan pada pemikiran, bahwa kegiatan ini bukanlah kegiatan rutin. Sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada penyampaian materi yang lainnya. Penetapan alokasi waktunya adalah :
Pendahuluan 15 menit
Kegiatan inti 155 menit
Penutup 10 menit

1.11.5 Penetapan Bentuk Instrumen Tes
Bentuk instrument tes atau soal ujian performansi berbahasa dan bersastra dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) tes objektif, (2) tes nonobjektif, dan (3) tes perbuatan. Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban siswa diperiksa oleh siapapun dan kapanpun akan menghasilkan skor yang sama, karena memiliki satu altematif jawaban yang sama. Tes bentuk essay menunjuk pada pengertian cara penskoran hasil pekerjaan siswa dipengaruhi oleh subjek pemeriksa. Tes perbuatan manuntut siswa melakukan aktivitas tertentu dan penilaiannya dilakukan dengan cara mengamati performansi bersastra siswa. Bentuk instrument yang digunakan oleh penulis yaitu tes objektif dan tes nonobjektif.
1.11.6 Penyusunan Rencana Pembelajaran
Agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan terarah, maka guru sebelum melakukan KBM diharapkan menyusun rencana pembelajaran yang dapat digunakan setiap satu pertemuan. Dalam penelitian ini penulis menyusun rencana pembelajaran untuk materi Menanggapi dan Merefleksi Pembacaan Puisi.
1.12 Penyajian Pembelajaran
Dalam penyajian bahan yang dilakukan penulis yaitu sesuai dengan scenario pembelajaran. Langkah pertama yaitu pendahuluan kemudian diteruskan kegiatan inti dan diakhiri dengan penutup.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka
Cipta Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta : Depdiknas.
--------------. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta : Depdiknas.
--------------. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Dediknas.
--------------. 2004. Media Pembelajaran . Jakarta : Depdiknas.
-------------- 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta
: Depdiknas. Efendi. 1993. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta : Tangga Mustika
Alam. Hidayat, Kosadi. 1995. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung: Bina Cipta. Nurhadi. 2002. Bahasa dan Sastra Indonesia Jilid I unruk SMP kelas
VII. Jakarta: Erlangga Poerwadarminta. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PN. Balai
Pustaka. Rusyana, Yus. 1992. Metode Pengajaran sastra. Bandung : Gunung
La rang. Saini, K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta : Gramedia. Sudjana.1996. Metoda Statistik. Bandung : Tarsito Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian llmiah. Bandung:
Tarsito. Suroto . 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: PT Gelora Akasara
Pratama. Suroso. 2000. Ikhtisar Seni Sastra. Surakarta : Tiga Bandungkai. Surya, Muhamad . 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.
Jakarta : CV. Mahaputra Adidaya. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.


0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Komentar Yach!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites