Kali ini saya akan menyajikan contoh skripsi bahasa dan sastra indonesia yang terdiri dari Bab I dan II sebagai gambaran bahwa skripsi yang sajikan ini tidak setengah-setengah. Adapun judul contoh skripsi yang akan sajikan adalah :
"Model Pembelajaran Membaca Dalam Hati dengan menggunakan
Teknik Latihan Berdasarkan Kurikulum 2006" (Studi Eksperimen di Kelas V
SDN)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Masalah
Salah satu kompetensi dibidang pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia adalah keterampilan membaca. Untuk membentuk kompetensi ini,
di dalam kurikulum telah dimuat rambu-rambu bahan ajar yang disusun secara teratur
dan berkesinambungan untuk tiap tingkatan kelas dan jenjang sekolah. Penyusunan
rambu-rambu bahan ajar ini dimaksudkan agar siswa dapat memiliki kecakapan
secara berkelanjutan, yakni dari kecakapan dasar kecakapan yang lebih tinggi.
Bahan ajar membaca dalam hati merupakan salah satu bahan pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran ini termasuk kompetensi dasar atau
kecakapan awal yang harus dibelajarkan kepada siswa kelas V Sekolah Dasar (SD).
Salah satu indikator dari pembelajaran membaca dalam hati adalah siswa mampu
memahami berbagai informasi teks yang dibacakannya, baik teks fiksi maupun
nonfiksi.
Dalam kenyataannya, tujuan pembelajaran tidak selamanya
dapat tercapai dengan memuaskan, kadang-kadang tidak sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.
Ketidaktercapaian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Ketidakberhasilan
ini mungkin disebabkan oleh faktor kemampuan yang dimiliki siswa, kecakapan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, atau bukan mustahil karena program
pembelajaran tidak terencana dengan baik. Oleh karena itu, betapa berperannya
penyusunan program pembelajaran dalam dunia pendidikan disekolah. Kejelasan
perumusan tujuan pembelajaran tentunya dapat menggiring proses pembelajaran
kearah yang tepat, yakni siswa dapat mecapai tujuan pembelajaran yang
diprogramkan.
Sejalan dengan hal di atas, penulis merasa tertarik untuk
meneliti masalah pembelajaran bahasa dan sastra indonesia di sekolah dasar
(SD), terutama pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Oleh karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran,
baik menyangkut perencanaan maupun pelaksanaannya perlu ditemukan solusi yang
tepat sehingga hasil pendidikan yang diharapkan akan semakin meningkat.
Guru juga harus dapat membaca dalam hati dan peranannya
berhubungan dengan melakukan berbagai kegiatan. Melalui membaca siswa diajak
untuk memahami dan menghayati isi bacaan. pengetahuan tentang membaca hanyalah
sebagai penunjang dalam berbahasa. Siswa harus dapat menemukan teori membaca
dalam pengalaman. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis memandang sangat
perlu mengkaji salah satu bentuk bacaan sebagai bahan untuk mengajarkan bahasa
di sekolah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul "Model Pembelajaran Membaca Dalam Hati dengan menggunakan
Teknik Latihan Berdasarkan Kurikulum 2006" (Studi Eksperimen di Kelas V
SDN)
1.2
Pembatasan Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pembelajaran merupakan
masalah yang cukup luas mencakup persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Begitu
pula masalah yang berkaitan dengan kompetensi dasar pembelajaran dengan bahasa
Indonesia dengan teknik pembelajaran merupakan masalah yang cukup luas pula
didalainnya mencakup kompetensi dasar menulis membaca, berbicara dan lain
sebagainya. Teknik pembelajaran pun mencakup berbagai macam teknik antara lain:
Teknik
latihan, teknik close, teknik diskusi, teknik tanya jawab, dan Iain-lain. Oleh
karena itulah sangat tidak mungkin bagi penulis untuk membahas masalah tesebut
secara keseluruhan dalam penelitian-mengingat keterbatasan penulis baik waktu,
tenaga dan biaya penulis membatasi permasalahan pada hal-hal sebagai berikut:
1)
Model pembelajaran membaca dalam hati yang akan penulis
bahas akan terbatas pada model persiapan pembelajaran, pelaksanan pembelajaran
dan penilaian pembelajaran
2)
Kompetensi dasar yang akan penulis bahas terbatas pada
kompetensi dasar membaca dalam hati di kelas V SD
3)
Teknik yang akan penulis terapkan pada penelitian ini
tertuju pada penerapan teknik latihan
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis kemukakan
di atas, penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1)
Bagaimana model persiapan pembelajaran membaca dalam hati
pada siswa kelas V SD berdasarkan Kurikulum 2006?
2)
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca dalam hati di
kelas V SD berdasarkan Kurikulum 2006 ?
3)
Bagaimana hasil proses pembelajaran membaca dalam hati di
kelas V SD berdasarkan Kurikulum 2006 ?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Penelitian
Setiap pekerjaan sudah barang tentu memiliki tujuan
apalagi suatu penelitian. Penelitian yang penulis lakukan memiliki berbagai
tujuan baik secara umum maupun khusus kedua tujuan tersebut dijelaskan di bawah
ini.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menciptakan
suatu model pembelajaran membaca dalam hati di kelas V SD berdasarkan Kurikulum
2006. dan Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1)
menghasilkan deskripsi model persiapan pembelajaran
membaca dalam hati dengan menggunakan teknik latihan untuk siswa SD kelas V berdasarkan Kurikulum 2006;
2)
memperoleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran membaca
dalam hati dengan menggunakan teknik latihan untuk siswa SD kelas V berdasarkan
Kurikulum 2006 ; dan
3)
memperoleh deskripsi tentang hasil pembelajaran membaca
dalam hati dengan menggunakan teknik latihan untuk siswa SD kelas V berdasarkan
Kurikulum 2006.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan hendaknya bermanfaat
khususnya bagi peneliti sendiri, guru, siswa dan pembaca pada umumnya. Berikut
ini penulis mengemukakan manfaat penelitian sebagai berikut.
1)
Manfaat bagi peneliti
Bagi peneliti penelitian ini dapat bermanfaat, baik
secara teoritis, praktis, maupun administratif. Manfaat termaksud sebagai
berikut.
a.
Secara Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh pengetahuan
yang berkaitan dengan persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
hasil pembelajaran.
b.
Secara Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh pengalaman
secara langsung dalam menerapkan model pembelajaran membaca dalam hati di kelas
V SDN berdasarkan Kurikulum 2006.
c.
Secara Administratif
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di FKIP STKIP Siliwangi.
2)
Manfaat Bagi Guru
Manfaat bagi guru khususnya mata pelajaran bahasa
Indonesia penelitian ini hendaknya bermanfaat:
a.
sebagai bahan masukan dalam penyusunan model pembelajaran
membaca dalam hati pada siswa kelas V SD dengan menggunakan teknik latihan
berdasarkan Kurikulum 2006;
b.
sebagai tolok ukur keberhasilan guru dalam menerapkan
suaru hasil model pembelajaratv membaca dalam
hati pada siswa kelas
V SD
dengan menggunakan teknik latihan berdasarkan Kurikulum 2006 SDN ;
c.
sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
tentang penyusunan dalam model pembelajaran membaca dalam hati di kelas V SD
dengan menggunakan teknik latihan berdasarkan Kurikulum 2006.
3)
Manfaat Bagi Siswa
Peneiitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa
antara lain :
a.
menambah pengetahuan sebagai bahan masukan tentang
membaca dalam hati dengan teknik latihan; dan
b.
sebagai tolok ukur keberhasilan siswa dalam belajar
khususnya tentang kompetensi dasar membaca dalam hati.
4)
Manfaat Bagi Pembaca Umumnya
Bagi pembaca peneiitian ini hendaknya menambah
pengetahuan serta masukan terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan model
pembelajaran membaca dalam hati.
1.5
Anggapan Dasar
Sehubungan dengan diadakannya penelitian ini maka
anggapan penulis kemukakan sebagai berikut.
1)
Suatu model pembelajaran didalainnya mencakup tahap
persiapan pembelajaran,
2)
pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran (Depdiknas, 2003).
3)
Kompetensi dasar membaca dalam hati merupakan salah satu
kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikuium 2006 yang harus diajarkan di
kelas V SD ( KTSP, 2006:5).
4)
Teknik latihan merupakan salah satu teknik yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran membaca dalam hati dan dapat meningkatkan kadar
keaktifan siswa (Syipul Sagala, 2005:217).
1.6
Hipotesis
Sesuai dengan masalah
yang dibahas dalam
penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian
yang berbunyi:
"Diduga bahwa model pembelajaran Membaca Dalam Hati
dengan Menggunakan Teknik Latihan Berdasarkan Kurikuium 2006 yang penulis
sajikan serta uji cobakan di kelas V SDN dapat
berhasil dengan baik".
1.7
Definisi Operasional
Untuk
menghindari
kesalahpenafsiran tentang judul
penelitian yang dikemukakan di
atas, maka penulis perlu menjelaskan
istilah - istilah yang berhubungan
dengan judul penelitian sebagai berikut.
1)
Model Pembelajaran
Istilah model mengandung arti sebagai pola (contoh,
acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau di hasilkan
(KBBI, 2005:175). Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2005:175). Pembelajaran
adaiah peroses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar
(KBBI, 2005:17). Jadi yang dimaksud model pembelajaran dalam penelitian ini
adaiah suatu rencana mengajar atau strategi yang disusun dalam pelaksanaan pembelajaran
tertentu (membaca dalam hati) yang menggambarkan aktifitas guru dan siswa.
2)
Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati dalam penelitian ini yaitu merupakan
salah satu kompetensi dasar aspek menulis yang menurut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) harus diajarkan di kelas V Sekolah Dasar.
3)
Teknik Latihan
Yang dimaksud dengan teknik latihan adaiah suatu teknik
yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan, sehingga diperoleh
ketangkasan, ketepatan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajarinya.
4)
Studi Eksperimen
Yang dimaksud dengan studi ekperimen disini mengandung
pengertian uji coba untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang penulis
sajikan untuk siswa kelas V SD Negeri. Kelas V SD Negeri menunjukkan lokasi atau tempat penulis
melakukan penelitian dan uji coba model pembelajaran membaca dalam hati.
5)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP merupakan suatu model kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Berdasarkan definisi istilah dari kata - kata kunci di
atas, maksud yang terkandung dalam judul penelitian adalah kegiatan uji coba
Model Pembelajaran Membaca Dalam Hati dengan Menggunakan Teknik Latihan
Berdasarkan Kurikulum 2006 (Studi Eksperimen di Kelas V SDN ).
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
serta komponen - komponennya yang meliputi pola penyusunan persiapan
pembelajaran, pelaksanan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran yang
dilakukan di kelas V SDN.
BAB 2
IKHWAL MEMBACA DALAM HATI DAN MODEL PEMBELAJARANNYA DENGAN TEKNIK
LATIHAN BERDASARKAN KURIKULUM 2006
2.1 Membaca Dalam Hati
Membaca Dalam
Hati merupakan kegiatan membaca yang menuntut pemahaman yang tinggi, si pembaca
harus aktif menggunakan mata dan ingatannya dalam menelusuri kata demi kata
setiap bacaan, sampai ia paham akan isi bacaan tersebut. Membaca dalam hati
merupakan kegiatan membaca yang sebenamya dan paling banyak dilakukan oleh
setiap orang. Karena kegiatan ini dapat dilakukan di dalam hati tanpa menggangu
orang lain, juga di peruntukan bagi diri sendiri.
2.1.1 Pengertian Membaca Dalam Hati
Sebagaimana
kita ketahui bahwa membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa.
Menurut pendapat Hodgson (Tarigan 1990 : 29), membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Berdasarkan
pengertian ini dalam membaca sang pembaca antara lain dituntut untuk memahami
makna kata - kata/kelompok kata sehingga ia (sang pembaca) akan dapat memahami
maksud yang disampaikan dalam bahasa tulis tersebut.
Menurut
pendapat Suhendar dan Supinah (1997:25), membaca dalam hati merupakan
keterampilan membaca yang sebenamya. kemudian ia menjelaskan pula bahwa membaca
dalam hati merupakan keterampilan komunikasi tulis yang menjadi wujud makna dan
keterampilan menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan bacaan. Jadi, dapat
dikatakan bahwa membaca dalam hati merupakan suatu keterampilan membaca yang
dilakukan untuk menangkap pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam bacaan.
Pengertian
membaca dalam hati di kemukakan oleh tarigan (1994:31). Ia mengemukakan bahwa
yang dimaksud membaca dalam hati adalah membaca yang hanya mengunakan ingatan
visual (visual memoy), berarti membaca secara luas, objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Menurut
pendapat Muchlisoh dkk. (1996:145) mengatakan bahwa membaca dalam hati adalah
membaca yang hanya melibatkan media mata dan ingatan. Lebih lanjut lagi
dijelaskan pula bahwa latihan membaca dalam hati haruslah dimulai sejak
anak-anak yang sudah dapat membaca sendiri dan penekanannya hendaknya diarahkan
pada penguasaan isi bacaan untuk memperoleh serta memahami ide-ide dengan
usahanya sendiri. Dengan membaca dalam hati, setiap pembaca dapat membaca di
mana saja dan dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan selera
masing-masing tanpa mengganggu orang lain.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca dalam
hati adalah suatu proses membaca yang melibatkan
penglihatan dan ingatan untuk memperoleh pesan yang
disampaikan oleh pengarang secara luas dengan waktu yang efisien.
2.1.2 Jenis-Jenis Membaca Dalam Hati
Membaca dalam
hati yang hanya melibatkan pengaktifan mata dan ingatan ini, secara garis besar
dibagi menjadi 2 kelompok, muali dari bagian yang memerlukan pemahaman yang
rendah sampai kepada kegiatan yang memerlukan pemahaman dan pengertian yang
tinggi. Kedua kelompok tersebut diuraikan sebagai berikut:
2.1.2.1 Membaca Ekstensif
Membaca
ekstensif berarti membaca secara luas (Tarigan, 1990:31) bahan bacaan berupa
teks yang banyak dengan waktu yang sangat singkat, sehingga dapat difahami
hanya bagian-bagian yang penting saja. Jenis membaca ini tidak memerlukan
pemahaman dan pengertian yang tinggi.
Menurut Broughton cs (dalam Tariga, 1990 : 31)
membaca ekstensif meliputi hal-hal berikut.
2.1.2.1.1
Membaca Survei
Jenis membaca
ini hanya mensurvey bahan bacaan yang akan diteliti yang meliputi judul, bab,
sekema, bahan, dan out line buku.
2.1.2.1.2
Membaca Sekilas (skiming)
Jenis membaca
ini bertujuan untuk memperoleh hal-hal tertentu, kesan umum dari suatu bacaan
atau mencari bahan dari perpustakaan. Pada saat membaca mata bergerak dengan
cepat meneliti, melihat dan memperhatikan bahan tertulis.
2.1.2.1.3 Membaca Dangkal
Jenis membaca
ini tidak memerlukan pemahaman yang mendalam dari suatu bacaan. Biasanya dilakukan untuk mengisi waktu luang,
mencari kesenangan umpamanya membaca novel, cerpen dan sebagainya.
2.1.2.2
Membaca intensif
Sebuah buku
atau tulisan terdiri dari isi dan bahasa. Dalam kegiatan membaca intensif,
sebuah buku atau tulisan akan ditelaah baik dari segi isi maupun bahasanya,
sehingga dalam membaca intensif diperlukan pemahaman dan pengertian yang tinggi
dari pembaca, berlainan dengan membaca ekstensif. Berdasarkan uraian tersebut,
maka membaca intensif dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
2.1.2.2.1
Membaca Telaah Isi
Membaca telaah
isi berarti kita menelaah lebih jauh isi dari bacaan yang menarik minat kita.
Dalam hal ini kemampuan kita dalam memahami sangat berperan, untuk mengungkap
ide-ide yang terdapat dalam bacaan. Membaca telaah isi meliputi hal-hal
berikut:
a) Membaca teliti, yang menuntut pemutaran pendidikan
secara utuh untuk menemukan perincian-perincian penting atau menghubungkan
setiap paragraf dengan keseluruhan artikel (Tarigan, 1990 : 39). Seluruh
pembendaharaan pendidikan yang telah kita miliki sangat di perlukan dalam
kegiatan membaca ini. Untuk medapatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan
ketelitian dari pembaca mutlkak diperlukan. Pembaca yang teliti akan dengan
mudah memahami isi bacaan bahkan ia akan menandai buku-buku yang di bacanya.
b) Membaca pemahaman merupakan kegiatan untuk
menangkap apa yang tersurat dari yang tersirat, sebagai kegiatan mengambil
makna dari apa yang tersurat (Suhendar, 1992 : 27). Sebuah bacaan tidak
selamanya memiliki makna yang sama dengan makna kamus (denotatif). Ada kalanya dalam bacaan tersebut
terdapat makna baru. Seperti kita ketahui
makna bahasa selalu mengalami pergeseran sesuai dengan perkembangan jaman.
Banyak makna baru dimunculkan selain dengan adanya makna konotasi. Makna
konotasi pada umumnya terdapat pada karya sastra.
c) Membaca kritis merupakan kelanjutan dari pembaca pemahaman,.
Menurut Albert (dalam Tarigan, 1990 :
89), membaca kritis adalah sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara
bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta nalitik bukan hanya
mencari kesalahan, sedangkan Tarigan (1990 : 89) menyatakan bahwa membaca
kritis meliputi panggilan lebih mendalam untuk menemukan kebenaran mengenai apa
yang ditulis pengarang dan menemukan alasan-alasan mengapa pengarang mengaiakan
apa yang dilakukannya. Membaca keritis menurut kita untuk berfikir keritis terhadap
isi bacaan, bukan hanya memahami maksud penulis tetapi lebih pada panggilan
yang mendalam tentang maksud penulis sehingga kita mampu memberikan penilaian
yang obyektif.
d) Membaca ide merupakan kegiatan membaca yang ingin
mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan
(Tarigan, 1990 : 116).
Andereson
(dalam Tarigan, 1990 : 117) menyatakan bahwa membaca ide berarti membaca untuk
mencari ide-ide penting. Sebuah tulisan merupakan kumpulan ide atau pikiran
seorang penulis. Ide-ide ini membangun keseluruhan bacaan. Ide-ide ini kemudian
diterjemaahkan kedalam sandi tulisan dengan bahasa yang jelas sehingga dapat
dimengerti. Dalam kegiatan membaca ide, ide-ide dari pengarang berusaha digali
untuk dimanfaatkan oleh pembaca.
2.1.2.2.2
Membaca Telaah Bahasa
Membaca
telaah bahasa merupakan kegiatan membaca untuk menelaah bahasa yang digunakan
dalam buku atau tulisan. Teristimewa jika buku tersebut ditulis dalam bahasa
asing. Membaca telaah bahasa meliputi hal-hal berikut.
a) Membaca Bahasa (Asing)
Tujuan utama
membaca bahasa ini terutama untuk memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa
kata (Tarigan, 1990 : 120). Sebuah tulisan terdiri dari rangkaian kata, ferasa,
kalimat, jalin-menjalin menjadi sebuah wacana. Kata-kata yang terapat dalam
tulisan dapat memperkaya perbendaharaan kosa kata baik yang bermakna denotetif,
maupun konotatif. Kadang muncul pula idiom-idiom bahkan kata yang memiliki
makna baru. Dalam sistem bahasa, kata menduduki posisi penting baik lisan
maupun tulisan. Penguasan kosa kata yang baik akan menentukan keberhasilan
seseorang dalam berkomunikasi.
b) Membaca Sastra
Bahasa yang
digunakan dalam karya sastra umumnya bersipat konotasi karena hubungan dengan
emosi dan nilai-nilai. Salah satu jenis bahas konotasi adalah gaya bahasa.
Dengan mengenal gaya bahasa kita akan lebih mantap dalam menikmati karya
sastra. Penggunaan gaya bahasa dalam sebuah tulisan atau lisan akan memperhalus
makna sehingga lebih efektif dalam menyentuh perasaan pembaca dan pendengar.
Membaca sebuah karya sastra dapat memperkaya batin.
2.1.3
Cara-Cara Membaca Dalam Hati
Agar membaca
dalam hati dapat mencapai tujuan, kiranya perlu diperhatikan cara-cara yang
benar. Hal-hal dimaksud antara lain menyangkut kecepatan waktu dalam membaca,
ketepatan dalam menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan bacaan, dan sebanyak
mungkin bahan bacaan yang dibaca.
Sejalan dengan konsep di atas, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan sang pembaca ketika membaca dalam hati. Berikut ini
dijelaskan cara-cara membaca dalam hati yang dikemukakan oleh Suhendar dan
Sunarti (1997:26).
1)
Tidak
terdengar suara saat membaca.
2)
Tidak
berbisik-bisik sehingga terdengar suara kecil pada saat membaca.
3)
Bibir tidak
bergerak-gerak, seperti orang yang sedang komat-kamit.
4)
Tidak perlu
menggerakkan kepala ke arah kiri dan kanan mengikuti rangkaian kata demi kata
dalam tiap baris, tetapi cukup dengan pandangan/arah mata saja.
5)
Tidak perlu
menunjuk bahan bacaan baris demi baris dengan telunjuk atau dengan benda
lainnya.
6)
Tidak perlu
membaca/mengeja kata demi kata, gunakan kata sebagai jembatan untuk menangkap
makna kata dalam sebuah kalimat.
7)
Selalu
berkonsentrasi, memusatkan pikiran kearah pokok pikiran yang terkandung didalam
bahan bacan.
8) Tidak melupakan dan selalu mengingat secara runtun
pokok-pokok pikiran yang telah dibaca sehingga tersusunlah dibenah otak pembaca
itu suatu struktur pokok-pokok pikiran dari bahan bacaan.
9)
Upayakan
secepat mungkin menemukan inforrnasi yang diperlukan dari bahan bacaan; dan
10) Biasakan kegiatan membaca menjadi kebutuhan sehari-hari,
sehingga bagi kita selalu bersemboyan" tiada bari tanpa membaca".
Sejalan dengan
pendapat diatas, Tarigan (1994:37-38) juga mengemukakan sejumlah keterampilan
yang dituntut pada setiap kelas di sekolah dasar, khusus pada pembaca dalam
hati agar tujuan dapat tercapai.
1) Membaca dalam hati bagi siswa kelas I
(a) Membaca dalam hati tanpa menggerak-gerak bibir.
(b) Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala.
2) Membaca dalam hati bagi siswa kelas II
(a) Membaca dalam hati tanpa menggerak-gerak bibir.
(b) Membaca dalam hati lebih cepat ketimbang membaca
bersuara.
3) Membaca dalam hati bagi siswa kelas III
(a) Membaca dalam hati tanpa menuniuk-nunjuk dengan
jari dan tanpa gerakan bibir.
(b) Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau
secara dalam hati.
(c) Lebih cepat membaca dalam hati dibanding membaca
bersuara.
4) Membaca dalam hati bagi siswa kelas IV
(a) Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat
dasar.
(b) Kecepatan mata dalam membaca 3 kata Perdetik.
5) Membaca dalam hati bagi siswa kelas V
(a) Membaca dalam hati lebih cepat dibanding membaca
bersuara.
(b) Membaca dengan pemahaman yang baik.
(c) Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau
menunjuk-nunjuk dengan jari tanngan.
(d) Menikmati bahan bacaan membaca dalam hati itu.
6) Membaca dalam hati bagi siswa kelas VI
(a) Membaca tanpa gerakan bibir dan tanpa komat-kamit.
(b) Dapat menyelesaikan kecepatan membaca dengan
tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
(c) Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada
bacaan fiksi pada tingkat dasar.
Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa cara-cara membaca dalam hati antara
lain membaca tersebut dilaksanakan tanpa adanya suara, gerakan bibir, gerakan
kepala, memahami isi bacaan didalam hati berkosentrasi baik flsik maupun
mental, serta dapat mengungkapkan kembali isi bacaan baik secara lisan maupun
tulisaii sesuai yang dikehendaki.
2.1.4
Tujuan Membaca Dalam Hati
Tujuan membaca
yang jelas akan mempermudah pemahaman isi bacaan, karena tujuan merupakan modal
utama untuk memahami makna yang terkandung didalainnya. Demikian pula halnya
dengan membaca dalam hati juga mempunyai tujuan. Menurut pendapat Tarigan
(1994:29-31), tujuan utama membaca dalam hati adalah untuk memperoleh
informasi. Berbagai informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dapat
diperoleh melalui kegiatan membaca. Dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan
dan tuntutan dari kegiatan membaca ini adalah untuk memahami isi yang
penting-penting dengan cepat dengan demikian membaca secara efisien dapat
terlaksana dengan baik.
Pendapat
hampir sama tentang tujuan membaca dalam hati di kemukakan oleh Muchlisoh dkk
(1996:145). la mengatakan bahwa tujuan membaca dalam hati di sekolah dasar
adalah untuk menadapatkan informasi dari suatu bacaan dengan memahami isi
bacaan secara tepat dan cermat. Berdasarkan konsep ini hakikatnya membaca dalam
hati amat bergantung pada situasi, jenis bacaan, dan keterbacaan.
Mempertegas
kedua pendapat di atas, Suhenrtar dan Supinah (1997:22) mengemukakan bahwa ada
lima tujuan membaca dalam hati. Kelima tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1) meningkatkan keterampilan membaca yang lebih
mendasar;
2) mendapatkan keterampilan yang lebih pantas untuk
kelayakan bahan bacaan yang memadai;
3) meningkatkan kesenangan dalam membaca;
4) meningkatkan daya tarik sehingga benar-benar
menjadi pembaca yang suka rela; dan
5) memperoleh keterampilan membaca sebagai jalan
menggali kekayaan yang diperlukan dan amat menarik.
Berdasarkan
papafan yang di kemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan membaca
dalam hati adalah untuk mendapatkan informasi secara luas dari suatu isi teks
atau bacaan mengenai hal yang penting-penting dengan cepat dan efisien,
sehingga mampu mengidentifikasi dan membedakan isi teks serta memberikan
tanggapan.
2.2 Membaca Dalam Hati Sebagai Salah Satu
Kompentesi Dasar Dalam Kurikulum 2006
2.2.1 Sekilas Tentang Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum baru didunia pendidikan
yang pemberlakuannya mulai tahun ajar 2006. kurikulum ini merupakan kurikulum
hasil penyempurnaan dari kurikulum yang di beilakukan sebelumnya, antara lain
kurikulum terakhir yakni kurikulum 2004. Sebagai kurikulum baru, KTSP
diharapkpn terdapat tatanan baru dalam sistem pengelolaan pendidikan kearah
peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Menurut
pendapat Mulyasa ( 2002 : 27), kurikulum berbasis kompetesi (KTSP) merupakan
suatu konsep kurikulum yamg menekaiikan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan setandar performansi tertentu sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetesi tertentu.
Dalam KTSP
kompetensi dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki
peserta didik direpleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Karena itu,
yang menjadi dasar KTSP ini adanya berbagai kompetensi, yakni (i) kompetensi
berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, (ii)
kompentensi menjelaskan pengalaman belajar melalui siswa untuk kompeten, (iii)
kompetensi merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan oleh
siswa setelah melalui proses pembelajaran, dan (iv) kehandalan kemampuan siswa
melakukan sesuatu harus didefmisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar
yang dapat dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan
sumberdaya pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Orientasi dari
KTSP mengarah kepada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta
didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna serta keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesui kebutuhan. Agar terdapat gambaran yang jelas
terhadap konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, beberapa ciri yang perlu
kita perhatikan didalam KTSP adalah sebagai berikut:
a) menekankan pada pencapaian kopentensi siswa secara
individu maupun secara kelompok;
b) berorientasi pada hasil belajar siswa;
c) pencapaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang berpariasi;
d) sumber belajar bukan hanya guru semata, tetapi
beragam sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif; dan
e) penilaian penekanan pada proses hasil belajar dan
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
2.2.2 Kedudukan
Kompetensi Dasar Membaca
Dalam Hati Dalam Kurikulum 2006.
Kurikulum
merupakan kerangka yang memuat bahan ajar setiap mata pelajaran. Demikian pula
halnya dalam KTSP pun dimuat kopentensi-kopetensi untuk setiap mata pelajaran.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diketahui,
dipahami, dilaksanakan, dan dimahirkan kepada siswa di setiap tingkatan lembaga
pendidikan. Kerangka ini disajikan dalam tiga komponen, yaitu (1) kopentesi
dasar, (2) hasil belajar, dan (3) indikator pencapaian hasil belajar.
Dalam KTSP
Sekolah Dasar (SD), komponen dasar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
meiiputi enam aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, menulis, menyimak, membaca
dan sastra. Dalam setiap aspek tersebut didalainnya dirinci lagi menjadi
beberapa kompetensi tertentu yang harus dikuasai siswa sesuai tingkatan dan
jenjang kelas. Bahan ajar membaca dalam hati merupakan salah satu kompetensi
dasar aspek membaca.
Kompetensi
dasar membaca dalam hati merupakan salah satu kompetensi aspek membaca yang
haras diajarkan di kelas V SD. Melalui kompetensi dasar ini diharapkan
parasiswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa tulis (membaca
dan menulis) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kompetensi ini haras
dimiliki dan dikembangkan secara maju serta berkelanjutan seiring dengan
perkembangan siswa untuk mahir berkomunikasi dan memecahkan masalah. Kompetensi
dasar ini dicapai melalui proses pemahiran yang di latihkan dan dialami sendiri
oleh siswa.
Berdasarkan
paparan diatas, membaca dalam hati merupakan salah satu kompesensi dasar aspek
membaca. Bahan ajar ini haras dibelajarkan di kelsa V Sekolah Dasar (SD). Jadi,
kedudukan membaca dalam hati dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yaitu sebagai salah satu kompetensi dasar aspek menulis yang haras dibelajarkan
di kelas V SD. Dengan kompetensi dasar ini diharapkan setelah sisiwa selesai
atau tamat dari sekolah memiliki kecakapan membaca yang dapat dimanifestasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2.1 Standar Kompetensi
Standar
kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu
mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang haras dimiliki
oleh siswa; kompentensi yang haras dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata
pelajaran.
Standar
Kompetensi Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2006.
1) Mendengarkan
Standar
kompetensi mendengarkan yaitu mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana
lisan melalui mendengarkan pengumuman, mendengarkan penjelasan dari narasumber,
dan mendengarkan pesan lewat tatap muka atau telepon serta mendengarkan cerita
pendek dan cerita rakyat.
2) Berbicara
Standar
kompetensi berbicara yaitu mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan
perasaan secara lisan melalui menanggapi suatu persoalan atau peristiwa yang
terjadi di sekitar, berwawancara dan melaporkan hasil wawancara,
mendeskripsikan benda atau alat, dan menyimpulkan dialoh atau percakapan serta
memerankan drama pendek.
3) Membaca
Standar
kompetensi membaca mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara
membaca untuk mendapatkan informasi tertentu melalui membacakan tata
tertib/pengumuman, membaca cepat, membaca intensif dan ekstensif, membaca
sekilas, dan membaca memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi.
4) Menulis
Standar
kompetensi menulis mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat,
dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan melalui menyususn karangan, menulis
surat pribadi, meringkas buku bacaan membuat poster, dan menulis catatan dalam
buku harian serta menulis prosa sederhana dan puisi.
Dari semua
standar kompetensi yang di kemukakan diatas, maka yang jadi garapan penulis,
mengacu kepada nomor tiga, yaitu standar kompetensi membaca. Standar kompetensi
membaca yaitu mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca
untuk mendapatkan informasi tertentu melalui membaca tata tertib/pengumuman,
membaca cepat, membaca intensif dan ekstensif, membaca sekilas dan membaca
memindai teks-teks khusus serta membacakan puisi.
2.2.2.2 Indikator
Indikator:
karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respon, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untiuk menunjukan bahwa siswa itu telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.
Indikator
dalam pembelajaran bahasa indonesia khususnya membaca meliputi:
1)
mengindentifikasi
isi teks tata tertib
2)
menjelaskan
isi teks tata tertib
3)
menyimpulkan
isi teks tata tertib
4)
membaca dengan
kecepatan 100 kata per menit
5)
mencatat
hal-hal penting
6)
mengajukan pertanyaan
sesuai dengan isi teks
7)
menjawab
pertanyaan tentang isi teks
8)
membacakan
percakapan dengan lapal dan intonasi yang wajar
9)
mencatat
pokok-pokok isi percakapan
10) menuliskan rangkuman isi percakapan
11) menganalisis hal-hal yang sama dan berbed?. pada
masing-masing teks
12) menyampaikan perbedaan atau persamaan teks (dalam
beberapa kalimat)
13) menjelaskan garis besar isi teks
14) membandingkan isi antar teks dengan memberikan
alasan
15) menemukan secara cepat dan tepat informasi yang
diperlukan atau yang diminta oleh guru/teman
16) menjelaskan
jadwal dalam bentuk uraian
17) membaca puisi dengan iapal dan intonasi yang tepat
18) menentukan jeda/penggalan kata yang tepat untuk
memperjelas arti/makna
19) menggunakan eksfresi yang tepat (sedih, haru,
gembira, dll)
Dari semuah
Indikator di atas, yang menjadi indikator membaca dalam hati pembelajaran
bahasa Indonesia adalah nomor sebelas, yaitu menganalisis hal-hal yang sama dan
berbeda pada masing-masing teks.
2.2.2.3 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup
materi pembelajaran bahasa indonesia berdasarkan Kurikulum 2006 khususnya ruang
lingkup materi pokok membaca meliputi:
1)
Teks tata
tertib
2)
Teks bacaan
yang panjangnya 200-300 kata
3)
Teks
percakapan
4)
Tanda baca:
tanda sera, tanda petik
5)
Imbuhan Ter
6)
Preposisi
aalat (dengan), sebab (karna)
7)
Beberapa teks
yang memiliki kesamaan tema
8) Berbagi teks
9)
Jadwal
perjalanan, sarana transportasi, susunan acara
10) Kamus, Buku petunjuk telepon, ensiklopedia (11).
Puisi karya anak
Dari semua
materi pembelajaran diatas, yang menjadi materi membaca dalam hati mengacu
kepada nomor tujuh, yaitu beberapa teks yang memiliki kesamaan tema.
2.3 Model Pembelajaran dan Teknik Latihan
2.3.1 Pengertian Mode! Pembelajaran
Istilah model
pembelajaran terdiri dari dua unsur, yaitu kata model dan pembelajaran. Secara
leksikal, model berarti pola (contoh, acuan, ragam, dsb). Dari sesuatu yang
akan di buat atau di hasilkan, sedangkan 'Pembelajaran' berarti 'proses, cara
pembuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar " (Hasan A,2000:
17). Berdasarkan arti kedua istilah tersebut, model pembelajaran dapat di
artikan sebagai suatu pola tertentu yang dirancang dan digunakan untuk mengatur
peroses pembelajaran.
Pendapat lain
tentang pengertian model pembelajaran dikemukakan Dahlan (1990: 21). la
menjelaskan bahwa yang di maksud model pembelajaran yaitu suatu rencana atau
pola yang di gunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun
setting lainnya.
Dari dua
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah
suatu peroses di mana guru dan murid mencipiakan lingkungan yang baik agar
terjadi kegiatan belajar mengajar yang berdaya gima. Setiap model pembelajaran
yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan situasi
kelas dan macam pandangan hidup yang di hasilkan dari kerja sama guru dan
murid.
2.3.2 Pengertian Teknik Latihan
Dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata 'teknik' mempunyai arti yang sama dengan
kata 'metode' (KBBI,2001:l 158). Berdasarkan pengertian ini kata teknik dapat
diidentikan dengan istilah metode. Oleh karena itu, istilah teknik mengajar
dapat juga diartikan metode mengajar, atau sebaliknya.
Menurut
pendapat Sujana (2002:76), teknik mengajar adalah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Jadi, teknik mengajar berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk menciptakan
proses belajar mengajar. Melalui teknik mengajar ini diharapkan tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru sehingga tercipta interaksi
edukatif.
Dalam
penelitian ini teknik pembelajaran yang digunakan untuk uji coba adalah teknik
latihan. Menurut pendapat Subana dan sunarti (2002:202), latihan (drill) adalah
suatu tenik mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan latihan
agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang
dipelajarinya. Dengan melaksanakan kegiatan latihan secara praktis dan teratur,
siswa lebih terampil dan berprestasi dalam bidang tertentu, terutama digunakan
dalam pelajaran bahasa.
Pendapat lain
tentang pengertian teknik latihan di kemukakan oleh Djamarah dan Zain
(1996:108). Menurut pendapatnya, teknik latihan adalah suatu cara mengajar yang
baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Lebih lanjut Djamarah dan Zain juga
menjelaskan bahwa teknik latihan ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Menurut pendapat Syaiful
Sagala (2005:217) teknik latihan (drill) merupakan suatu cara mengajar yang
baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Teknik
latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang dipelajarinya.
Berdasarkan
beberapa pengertian yang dikemukakan di atas penulis, dapat menyimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan teknik latihan adalah suatu cara yang dipergunakan guru
dalam kegiatan belajar mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan latihan sehingga diperoleh ketangkasan atau keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang dipelajarinya.
2.3.3 Langkah-Langkah Penerapan Teknik latihan
Agar penggunaan
teknik latihan dapat mencapai sasaran dengan tepat, perlu kiranya guru memahami
langkah-langkah yang disarankan oleh teknik latihan. Berikut ini 5 prinsip dan
petunjuk menggunakan teknik latihan yang di kemukakan Sujana (2002:87).
1) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum
di adakan latihan tertentu
2) Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat
diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian
bisa lebih disempurnakan
3) Latihan
tidak perlu lama asal sering digunakan
4) Latihan
harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa
5) Proses
latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan berguna
Selain
perinsip-perinsip di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan teknik latihan, baik bagi guru maupun siswa perinsip-perinsip yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Sifat latihan berbeda dengan sifat latihan
sebelumnya karena pengaruh latihan berbeda. hal itu mendatangkan kondisi,
respon, serta tangtangan yang berbeda pula. Ada dua keterampilan manusia, yaitu
pertama; keterampilan yang bersifat sederhana, yaitu keterampilan yang dapat
dikuasai dalam waktu singkat; kedua, keterampilan yang sukar, keterampilan yang
memerlukan latihan yang lama serta maksimal.
2) Penilaian latihan dengan keseluruhan pelajaran di
sekolah perlu dikaitkan. Siswa di beri dorongan untuk mengetahui tujuan latihan
serta kaitannya dengan pelajaran sehingga dapat memeanfaatkan dalam kehidupan.
Selain
memperhatikan perinsip diatas, pelakasanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan teknik latihan juga harus dipahami betul langkah-langkah yang harus
di tempuh agar prosesnya sesuai dengan konsep yang diharapkan. Berikut ini
dikemukakan langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran teknik latihan
yang dikemukakan oleh Subana dan Sunarti dalam buku Strategi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra.
1) Tahap Persiapan
a. Persiapkan raang tempat latihan.
b. Tentukan bahan/bidang keterampilan yang akan
dilatih
c. Persiapkan alat yang akan dipergunakan
d. Rencanakan waktu yang akan digunakan
e. Teliti lebih dahulu tingkat penguasaan pengetahuan
yang akan dilatih
f.
Lakukan
diagnosis kesulitan siswa dalam bidang yang akan dilatih
2) Tahap Pelaksanaan
a. Latihan ketepatan dalam keterampilan, kemudian
melatih kecepatan dalam menggunakan keterampilan.
b. Latihan keseimbangan antara ketepatan dan
kecepatan.
c. Latihan dilakukan secara kelompok, kemudian secara
indivudual.
d. Selama latihan perhatikan minat, keseriusan,
disiplin, serta motif untuk berhasil.
3) Tahap Penilaian
a. Selama latihan, guru perlu melakukan koreksi dan
perbaikan
b. Pergunakan tes tindakan untuk mengukur tingkat
kemajuan pengembangan keterampilan siswa
2.3.4 Kelebihan Dan Kekurangan Teknik Latihan
Setiap teknik
pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran tentu mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Hal ini didasari bahwa tidak ada sebuah metode atau teknik yang
dapat dikatakan sempurna atau tidak ada kekurangan. Demikian pula halnya dengan
teknik latihan juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Berikut ini
dikemukakan kelebihan dan kekurangan teknik latihan Syaitul Sagala (2005:217)
1)
Kelebihan/Kebaikan
teknik latihan
(a) pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan
mempergunakan teknik ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan;
(b) pemanpaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan
banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya; dan
(c) pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang
kompleks, rumit menjadi otomatis.
2)
Kekurangan/Kelemahan
Teknik Latihan
(a) tehnik ini dapat menghambat bakat dan inisiatif
murid. Karena murid lebih banyak di bawa kepada konformitas dan diarahkan
kepada uniformitas;
(b) kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang merapakan hal yang monoton, mudah membosankan;
(c) membentuk kebiasaan yang kaku, karena murid lebih
banyak ditujukan untuk mendapatkan
kecakapan memberikan respons
secara otomatis. tanpa menggunakan inteligensia; dan
(d) dapat menimbulkan verbalisme karena murid-murid
lebih banyak dilatih menghapal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis (Syaiful Sagala, 2005:217).
Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik latihan ini tidak
selamanya cocok di pergunakan dalam peroses belajar mengajar. Bermacam-macam
teknik pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran, semua itu
disesuaikan dengan situasi dimana proses pembelajaran itu berlangsung. Guru
haruslah mampu memilih
teknik pembelajaran yang
akan digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
2.3.5 Kesesuaian Teknik Latihan Untuk Pembelajaran Membaca Dalam Hati
Pembelajaran membaca dalam hati sebagaimana
telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa tujuan membaca dalam hati adalah
untuk mendapatkan informasi secara luas dari suatu isi teks atau bacaan
mengenai hal yang penting-penting dengan cepat dan efisien, sehingga mampu
mengidentifikasi dan membedakan isi masing-masing teks serta mampu memberi
tanggapan. Oleh karena itu pembelajarannya harus mampu mendukung tujuan
tersebut metode pembelajaran yang menekankan pada aspek latihan sehingga
diperoleh keterampilan-keterampilan khusus dalam membaca yang lebih mendalam.
Sedangkan teknik latihan ini di artikan, suatu cara yang dipergunakan guru
dalam kegiatan belajar mengajar yang mendorong siswa untuk melaksanakan
kegiatan latihan sehingga diperoleh ketangkasan atau keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang dipelajarinya.
Dengan dcniikian, dapat disimpulkan bahwa teknik
latihan sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran membaca dalam hati
disekolah dasar. Jadi kemampuan seseorang akan terlihat ketika orang tersebut
melakukan kegiatan membaca. Kegiatan membaca merupakan salah satu pembelajaran
bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2006.
2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebagai Salah Satu Bentuk Persiapan Mengajar Berdasarkan Kurikulum 2006.
2.4.1 Pengertian Rencana
Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia, (RPP) mempunyai arti (i) Kerangka unsur kursus
pendidikan disajikan dalam atauran yang logis atau tingkat kesulitan makin
meningkat dan (ii) ikhtisar suatu pelajaran (Alwi H., 2001 : 1064). Dengan
kedua arti ini RPP pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka pembelajaran
yang berisikan unsur-unsur pokok pembelajaran.
Dalam konteks
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), RPP dapat diartikan sebagai
seperangkat rencana dan pelaksanaan berserta penilaiannya (Depdiknas, 2002).
Oleh karena itu, RPP harus disusun secara sistimatis dan berisikan
komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian
kompetensi dasar.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini merupakan salah satu produk pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Secara umum RPP berisi garis- garis besar
penjabaran kompetensi dasar kedalam komponen materi pembelajaran, uraian materi
pembelajaran, pengalaman belajar peserta didik, alokasi waktu yang diperlukan
untuk setiap materi pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.
Berdasarkan
paparan diatas dapat disimpulkan bahwa RPP merupakan salah satu bentuk
persiapan mengajar yang harus dibuat oleh guru dalam merencanakan, mengelola,
dan melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu, penyusunan
RPP mempunyai peran yang sangat penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
Dengan kata lain dimaksudkan bawa RPP yang disusun dengan benar dan jelas dapat
memperjelas tujuan belajar
yang akan dicapai
siswa dalam pelaksanaan pembelajarannya.
2.4.2
Fungsi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang berbagai komponen pembelajaran. Dalam RPP telah dimuat komponen pokok
tentang kegiatan pembelajaran yakni kopetensi dasar, hasil belajar, indikator,
kegiatan pembelajaran, sumber belajar, alokasi waktu, dan penilaian. Kejelasan
tujuan akhir yang ingin dicapai dan langkah-langkah pembelajaran akan tergambar
dalam kerangka RPP. Dengan demikian, RPP mempunyai peranan yang sangat penting
dalam penyusunan rencana pembelajaran. Sehubungan peran rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dalam pembelajaran sangat penting, maka dalam menyajikan
RPP, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian. Hal-hal dimaksud
yaitu menyangkut aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan
penggunaannya. Oleh karena itu, RPP yang dibuat haruslah mudah dibaca dan
dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang akan
menggunakannya. ( Depdiknas, 2002).
Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dalam pembelajaran adalah.
1) Sebagai penjabaran terhadap komponen-komponen pokok
pembelajaran yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar;
2) Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran;
3) Sebagai kerangka pembelajaran dalam mencapai tujuan
yang diprogramkan dalam suatu jenjang, suatu pokok bahasan yang diajarkan; dan
4) Sebagai baias-batas bahan pembelajaran berdasarkan
kompetensi tertentu yang harus di capai oleh siswa.
2.4.3 Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Sebagaimana
dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
merupakan kerangka pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sebagai suatu kerangka,
RPP memuat beberapa komponen pokok pembelajaran. Komponen-komponen pokok dalam
RPP dimaksudkan yaitu unsur-unsur pokok yang terdapat dalam RPP. Berdasarkan
pedoman penmgembangan RPP (Depdiknas, 2002), komponen pokok dalam RPP
pembelajaran meliputi 7 komponen pokok ketujuh komponen yang dimaksud yaitu (1)
kompetensi dasar, (2) hasil belajar, (3) indikator, (4) langkah pembelajaran,
(5) alokasi waktu, (6) sarana dan sumber belajar, dan (7) penilaian. Berikut
dipaparkan setiap komponen tersebut.
1) Kompetensi Dasar
Kompetensi
dasar merupakan kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Penempatan komponen kompetensi
dasar dalam RPP
sangat disarankan. Hal ini berguna untuk meningkatkan para guru tentang
seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapai.
2) Hasil Belajar
Hasil belajar
mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman
belajar dalam satu kompetensi dasar.
3) Indikator
Indikator
merupakan kompetensi dasar atau kemampuan peserta didik yang spesifik dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi
dasar. Apabila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah
tercapai, berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi.
4) Langkah Pembelajaran
Pembelajaran
memuat rangkaian yang harus dilakukan guru secara berurutan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting
artinya bagi materi-materi yang memerlukan persyaratan tertentu. Selain itu,
pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke sukar, kongkret ke
abstrak, dekat ke jauh) juga merupakan urutan pembelajaran yang struktur.
Rumusan pernyataan dalam langkah pembeiajaran minimal mengandung 2 unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan
siswa dan materi. Agar lebihjelas, dibawah ini contoh pernyataan belajar.
Menemukan pokokpikiran yang terkandung dalam teks atau bacaan
Kegiatan
siswa Materi
Agar
penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu
perhatian kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria
tersebut antara lain:
a) Sahih (Valid); materi yang akan dituangkan dalam
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihhannya.
b) Tingkat kepentingan; materi yang dipilih untuk
diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
c) Kebermanfaatan; manfaat harus dilihat disemua sisi,
baik secara akademis maupun nonakademis.
d) Layak dipelajari; Meteri memungkinkan untuk
dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau
tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar
dan kondisi setempat.
e) Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya
menarik minat dan dapat memotipasi siswa untuk mempelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa
harus mampu menumbuh kembangkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan
untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
5) Alokasi Waktu
Untuk
merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk mempelajari
suatu materi perlu ditentukan. Penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung
kepada keluasan dan kedalaman materi, serta tingkat kepentingannya dengan
keadaan dan kebutuhan setempat.
6) Sarana Dan Sumber Belajar
Sarana dalam
konteks pembelajar diartikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi
memudahkan teijadinya proses pembelajaran. Oleh karena itu, hendaknya dipilih
sarana yang memiliki ciri-ciri antara lain :
(a) Menarik perhatian dan minat siswa
(b) Meletakan
dasar-dasar untuk memahami suatu hal
secara kongkret yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme.
(c) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha
pengembangan nilai-nilai,
(d) Berguna dan multi fungsi, dan.
(e) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat
dibuat sendiri oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar.
Sumber belajar hendaknya bervariasi dengan
memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada guna tercapainya kompetensi dan
indikator pembelajaran. Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak
seperti: Buku, brosur, majalah, surat kabar, poster, lembar informasi lepas,
peta, foto dan lingkungan.
7) Penilaian
Penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar pesertadidik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi imformasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dalam bentuk teks
dan notes. Ospek yang harus ada yaitu ospek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, serta metode penilaian yang harus bervariasi.
2.4.4 Format penyajian Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Dalam
penyajian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), ada beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan (puskur. A.2.5: 19), yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan
antar komponen, dan keperaktisan penggunaannya.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru
yang mengembangkannya, maupun oleh guru lain yang akan menggunakannya.
Penentuan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak dibakukan, guru
bebas menentukan format mana yang akan digunakan. Hal ini dipertegas oleh
Mulyasa (2002: 169) "Untuk memberikan kemudahan kepada daerah dan sekolah
dalam mengembangkan RPP maka dirasakan perlu menyajikan prosedur mengembangkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran KTSP, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan,
dan revisi".
Dalam
perencanaan pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mulyasa (2002:
69) menyatakan "Tim pengembangan RPP mengumpulkan informasi dan referensi,
serta mengindentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang diperlukan
dalam pengembangan RPP". Pada bagian pelaksanaan penyusunan RPP, dapat
dilakukan dengan langkah-langkah:
1)
merumuskan
kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan materi pembelajaran yang
memuat kompetensi dasar, hasil belajar, dan Indikator hasil belajar.
2)
menentukan
metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran.
3)
menentukan
alat evaluasi berbasis kelas seuai dengan misi KTSP.
Sedangkan
revisi yang dimaksudkan bahwa draf RPP yang telah dikembangkan perlu diuji
kelayakannya melalui analisis kualitas, penilaian ahli dan uji lapangan.
Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi.
2.5
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan
pembelajaran. Belajar mengacu kepada apa yang akan dilakukan individu/siswa
sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan guru sebagai pemimpin
belajar. Dua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan, manakala
terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat
pengajaran berlangsung.
2.5.1
Penertian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) ada 2 kegiatan utama yang tidak dapat dilepaskan yaitu
kegiatan belajar dan mengajar. Belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan siswa disekolah. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu
proses; siswa mengalami proses mental dalam menghatiapi bahan belajar. Dari
sisi guru, belajar dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar
merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati tetapi dipahami oleh guru.
Proses belajar itu tampak dalam prilaku siswa dalam mempelajari bahan belajar.
Prilaku itu merupakan respon terhadap tindak belajar dan tindak pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Dengan kata lain belajar adalah perubahan tingkah
laku, baik yang berapa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan sebagai respon
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Secara
sederhana mengajar dapat diartikan sebagai upaya untuk, mengajar seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya, strategi, metode, dan pendekatan kearah
pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Jadi, kegiatan belajar mengajar pada
hakikatnya adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan lingkungan
yang baik agar terjadi interaksi belajar yang berdayaguna, terrencana, dan
terprogram.
Dari paparan
diatas, kiranya disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan peningkatan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik agar menjadi lebih baik sehingga
merangsang siswa dalam meningkatkan kemampuan dirinya, sedangkan dari sisi
guru, belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran sehingga muncul
kecenderungan upaya guru untuk meningkatkan cara mengajar agar siswa belajar
dengan baik dan berhasil.
2.5.2 Tahap-tahap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) ada tahapan-tahapan yang harus
dilaksanakan oleh guru. Pelaksanaan tahapan-tahapan ini bertujuan agar
pembelajaran dapat tertata sedemikian rupa sehingga tujuan dapat dicapai dengan
tepat. Dalam Kurikulum Berbasisi Kompetensi, tahapan-tahapan kegiatan belajar
mengajar dibagi menjadi 5 tahap. Berikut ini dipaparkan langkah pembelajaran
menurut konsep KBM (Depdiknas, 2002 :14-15).
1) Tahap pemanasan/apersepsi
a) Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui
siswa dan dipahami siswa.
b) motivasi siswa ditumbuhkan dengan bahan ajar yang
menarik dan berguna bagi siswa.
c) Siswa diuorong agar tertarik untuk mengetahui
hal-hal yang baru.
2) Tahapan Eksplorasi
a) Materi/ keterampilan baru diperkenalkan.
b) Kaitkan materi ini dengan pengetahuan yang sudali
ada pada siswa.
c) Can metodologi yang paling tepat dalam maningkatkan
penerimaan siswa akan materi baru tersebut.
. ,
3) Tahap Konsolidasi Pembelajaran
a) Libatkan siswa secara aktif dalam
menafsirkan/memahami materi baru.
b) Libatkan siswa secara aktif dalam pemecahan
masalah.
c) Letakan penekanan pada kaitan struktual, yaitu
kaitan antara materi ajar baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan
didalam lingkungan.
d) Cari metodologi yang paling tepat sehingga materi
ajar dapat diproses menjadi begian dari pengetahuan siswa.
4) Tahap Pembentukan Sikap Dan Prilaku
a) Siswa didorong untuk menerapkan konsep atau
pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
b) Siswa membangun sikap dan prilaku baru dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari.
c) Cari metodologi yang paling tepat agar terjadi
perubahan pada sikap dan prilaku siswa.
5) Tahap Penilaian Formatif
a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil
pembelajaran siswa.
b) Guna hasil penilaian tersebut untuk melihat
kelemahan atau kekurangan siswa dan masalah-masalah yang dihatiapi guru.
c) Cari metodologi yang paling tepat dan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
2.5.3 Peran Guru dan Siswa dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)
Ada 2 kegiatan
pokok yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu kegiatan siswa
untuk melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar dan
kegiatan guru melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan
mengajar.
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa memiliki tugas dan peran
yang berbeda. Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai pengatur atau pemimpin
yang mengelola berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini sesuai pendapat
Rifai (Suryosubroto, 1997 : 4) yang mengatakan sebagai berikut:
Didalam
situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggungjawab penuh atas
kepemimpinan yang dilakukan itu. la tidak melakukan intruksi-intruksi dan tidak
berdiri sendiri dibawah instruksi manusia lain kecuali dirinya sendiri, setelah
masuk dalam situasi kelas.
Pendapat yang
hampir sama dikemukakan James B.Brown (Suyosubroto, 1997 : 3). la mengatakan
bahwa tugas dan peran guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa.
Dalam kegiatan
belajar mengajar juga terdapat aktivitas siswa yakni belajar. Surakhmad (1984
:65) mengatakan bahwa proses belajar diajukan pada proses pengumpulan
pengetahuan, penanaman konsep, kecekatan, pembentukan sikap dan perbuatan.
Kegiatan aspek ini akan terwujud pada diri siswa melalui peristiwa belajar.
Keefektifan
proses belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh guru, akan tetapi juga
ditentukan oleh aktifitas siswa dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu, siswa
juga dapat terlibat secara aktif. Ini berarti bahwa siswa tidak hanya sebagai
penerima informasi dari guru saja, tetapi ia juga diharapkan dapat
berpartisipasi secara aktif untuk menemukan sendiri apa yang menjadi tujuannya.
Berdasarkan
paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran siswa dan guru dalam peroses
belajar mengajar yaitu bahwa guru beiperan sebagai pemimpin dalam mengelola
pelaksanaan pembelajaran, sedangkan siswa berperan sebagai sasaran kegiatan
pembelajaran adalah sebagai pelaku utama atau subjek yang berupaya secara
mandiri untuk meningkatkan kemampuan, baik pengetahuan, sikap, dan
keterampilanya melalui situasi belajar.
2.6 Penilaian sebagai tolok ukur
keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar
2.6.1
Pengertian penilaian
"Penilaian
(Evaluasi) pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Penilaian berfungsi untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa,
mengdiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik, melakukan
perbaikan, memotivasi guru agar lebih baik, dan memotifasi siswa untuk belajar
lebih baik". Nurkancana dalam Sumartana, 1986:1)
"Penilaian
(Evaluasi) pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan harga atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang
bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang di
harapkan, dimiliki siswa setelah menyalesaikan pengalaman belajarnya. Hasil
yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar, oleh sebab
itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar"
Nana Sujana (2000:111)
Berdasarkan uraian para ahli di atas, penulis lebih merujuk
kepada pendapat Nurkancana dalam Sumartana yang menyatakan penilaian sebagai
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam
dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan.
2.6.2 Fungsi penilaian
Penilaian
dalam bidang pendidikan dan pengajaran mempunyai beberapa fungsi. menurut
Nurkancana dalam Sumartana (1986:3)
1) mengetahuitarafkesiapan dari pada anak-anak untuk
menempuh suatu pendidikan tertentu;
2) mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai
dalam proses pendidikan yang telah dicapai;
3) mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita
ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus
mengulangi kembali bahan-bahan yang telah lampau;
4) mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan
bimbingan tentang jenis pendidikan;
5) mendapatkan bahan-bahan informasi, untuk menentukan
apakah seorang anak dapat dinaikan ke dalam kelas yang lebih tinggi atau
sebaliknya;
6) membandingkan apakah prestasi yang dicapai oleh
siswa sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum;
7) menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang
untuk kita lepaskan ke dalam masyarakat atau untuk melanjutkan kelembaga
pendidikan yang lebih tinggi;
8) untuk mengadakan seleksi; dan
9) mengetahui taraf efisiensi metode yang di
pergunakan dalam lapangan pendidikan;
Dari seluruh
fungsi di atas, penilaian yang penulis lakukan lebih mengarah pada fungsi
penilaian nomor tiga, yakni mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita
ajarkan dapat kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus
mengulangi kembali bahan-bahan yang telah lampau.
2.6.3
Bentuk-Bentuk Penilaian
Menurut
Arikunto (2002 : 162), bentuk tes yang digunakan dalam proses pembelajaran
dibedakan menjadi dua, yaitu tes subjektif dan tes objektif. Lebih lanjut
dijelaskan pula behwa tes subjektif umumnya berbentuk esai, yakni sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan dan uraian
kata-kata. Dengan kata lain tes bentuk esai ini menurut siswa untuk
mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya
kreatifitas yang tinggi.
Selanjutnya,
Arikunto (2002 : 164-176) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tes
objektif yaitu bentuk tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes
bentuk esai. Bentuk-bentuk tes objektif meliputi: (i) Tes benar salah:
soal-soalnya berupa pertanyaan-pertanyaan (statement). Statement tersebut ada
yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing-masing pernyataan ini dengan melingkari huruf B jika pertanyaan itu
betul menurut pendapatnya dan melingkari hurup S jika pertanyaannya salah, (ii)
Tes pilihan ganda: multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Atau multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan
bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban
(options) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa
pengecoh (distractor), (iii) tes menjodohkan: matching test dapat kita ganti
dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan.
Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu sen jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri
jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaannya, dan (iv) tes isian: completion test
bisa kita sebut dengan istilah test isian, test menyempurnakan, atau test
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagaian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus
diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Keempat jenis tes objektif ini masing masing mempunyai karakteristik dan
ciri-ciri tersendiri.
Dari sekian
bentuk penilaian atau tes di atas, bentuk penilaian yang akan digunakan penulis
dalam pembelajaran membaca dalam hati dalam penelitian ini akan digunakan
bentuk tes uraian singkat/isisan. Dipilihnya bentuk tes ini karena sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai yaitu agar siswa kelas V SD dapat memiliki
keterampilan membaca sebagai bagian dari keterampilan berbahasa. Dalam hal ini,
setiap siswa dapat mengungkapkan pendapatnya secara bebas dengan menggunakan
kata-kata sendiri.
Untuk lebih lengkapnya lagi silahkan menghubungi email ayurostikathea.yahoo.co.id atau sms ke 02295910535 terima kasih.
Untuk lebih lengkapnya lagi silahkan menghubungi email ayurostikathea.yahoo.co.id atau sms ke 02295910535 terima kasih.