HAKIKAT DAN PENDEKATAN
SISTEM DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasulullah Saw
pernah bersabda “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim”. Adapula orang
yang menyatakan carilah ilmu sejak berada dalam buaian sampai liang lahat. Dua
pernyataan di atas memberikan gambaran bahawa ilmu merupakan perkara yang
sangat penting. Dengan ilmu, manusia menjadi terampil. Dengan ilmu pula,
manusia menjadi mahkluk yang bijak tahu mana yang baik, dan mana yang buruk,
tahu apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Karena kedudukan ilmu
seperti itulah, manusia dengan berbagai cara berusaha untuk mendapatkannya.
Usaha untuk mendapatkan ilmu itu kita kenal dengan istilah belajar.
Apa hakikat
belajar? “Belajar adalah suatu proses”. “Belajar adalah suatu Sistem”.
Pertanyaan dan pernyataan tersebut telah cukup memberi gambaran bahwa belajar
merupakan suatu perkara yang cukup rumit untuk dikaji. Berbagai teoriti tentang
belajar telah banyak dikemukakan teori-teori tersebut saling melengkapi satu
sama lain, sehingga menjadi sebuah panduan bagi guru dalam mengajar. Seorang
guru yang tidak memahami hakikat belajar dengan baik, tidak akan menjadi
pengajar yang baik.
Belajar dan mengajar
adalah dua hal yang berbeda namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Di mana ada
belajar, di situ ada mengajar, bahkan sebagai akibat gabungan kata “Belajar”
dan kata “Mengajar” lahirlah makna baru yang berbeda dari makna kedua kata
tersebut, makna belajar “Belajar “Mengajar” tidak dapat dipahami hanya dengan
mengetahui konsep “belajar” dan “Mengajar” sebagaimana “Pondok Indah” tidak
dapat dipahami hanya dengan mengetahui makna “Pondok” dan “Indah”.
Belajar-mengajar yang diistilahkan dengan “Pembelajaran” memiliki arti, konsep,
dan sistem tersendiri. Bahkan pembelajaran sebagai suatu sistem mendapatkan
tempat tersendiri dalam buku-buku yang mengkaji persoalan strategi belajar
mengajar. Atas dasar inilah kami menyusun makalah dengan judul “Hakikat dan
Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Belajar Mengajar”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang yang telah kami uraikan mengenai penulisan makalah ini kami
merumuskannya sebagai berikut:
- Apakah hakikat belajar?
- Apakah hakikat mengajar?
- Apa maksud melajar mengajar sebagai suatu sistem?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Belajar
1.
Definisi Belajar
Banyak orang
memahami bahwa belajar adalah menerima dan menghafal materi yang diberikan oleh
seorang guru. Dan seorang siswa telah dianggap belajar apabila mampu menjawab
soal-soal dalam ujian. Adapula yang memahaminya sebagai serangkaian latihan
keterampilan yang harus dijalani seorang siswa. Dua pemahaman tersebut mungkin
benar akan tetapi apakah belajar hanya berupa penguasaan materi pelajaran dan
keterampilan? Untuk memahaminya secara utuh sebaiknya kita pahami berbagai
definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Dr. Oemar
Hamalik mendefinisikan belajar sebagai perubahan dan persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan
pribadi secara lebih lengkap. Definisi ini memberi pengertian, bahwa belajar
adalah perubahan baik perubahan persepsi maupun perubahan tingkah laku.
Sementara itu Muhibbin Syah, memberikan definisi belajar yang agak berbeda
belajar menurut beliau adalah perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Definisi ini memiliki kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan
dengan definisi pertama tadi. Kelebihannya memuat sifat dari perubahan itu,
yaitu relative menetap atau permanen, dengan demikian perubahan yang tidak
tetap bukanlah belajar. Selanjutnya perubahan itu merupakan hasil dari
pengalaman dan interaksi yang melibatkan proses kognitif. Jika ada perubahan
yang terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan, yang tentunya tidak
melibatkan proses kognitif, bukanlah belajar. Sedangkan kekurangannya adalah
bentuk perubahan (Perubahan Persepsi) tidak disebutkan sebagai belajar.
Untuk
melengkapi definisi tentang belajar kami mengutip penjelasan yang diberikan oleh
Prof. Dr. Abin Syamsudin Makmun. “Perubahan itu mungkin merupakan suatu
penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada mungkin
pula bersifat tambahan atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau
keterampilan yang telah ada bahkan mungkin pula merupakan reduksi atau
menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku tertentu yang tidak
dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok, ekpresi marah, takut dan sebagainya).
Bertitik tolak
dari penjelasan di atas, kiranya dapat dikemukakan beberapa hal tentang
belajar:
a.
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya
perubahan tingkah laku baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
b.
Bersifat Relatif Permanen, yang berarti akan bertahan dalam
waktu yang relatif lama, tetapi perubahan tersebut tidak akan bertahan terus,
pada waktu tertentu akan mengalami perubahan lagi sebagai akibat belajar.
c.
Perubahan tersebut dapat aktual, nampak, tetapi juga dapat
bersifat potensial yang tidak nampak pada saat itu tetapi akan nampak di lain
kesempatan.
d.
Perubahan tersebut melalui pengalaman dan latihan, bukan
karena faktor kematangan, kelelahan, atau hal-hal yang bersifat Temporer.
2.
Belajar sebagai
suatu sistem
Banyak faktor
yang mempengaruhi proses belajar semua berinteraksi di dalamnya yang pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu factor terganggu
maka proses akan terganggu dan hasilpun akan terganggu, masing-masing faktor
tersebut saling kait mengait satu sama lain, karenanya belajar itu merupakan
suatu sistem.
Sistem adalah
merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja bersama
untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkana atas kebutuhan yang telah
ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan setiap kegiatan dari
komponen-komponen adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.
Masukan mentah
adalah individu atau organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa
atau anak yang akan belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang
berkaiatan dengan alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar.
Misalnya rumah, kamar, gedung, peraturan-peraturan. Peraturan merupakan masukan
isntrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan masukan
instrumen yang keras. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar
dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non fisik. Misalnya tempat
belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk
proses belajar.
B.
Hakikat Mengajar
Pengertian
mengajar ditafsirkan berbeda-beda oleh para ahli. Ada yang merumuskan bahwa
adalah mewariskan kebudayaan masa lampau, kepada generasi baru secara turun
temurun sehingga terjadi konservasi kebudayaan. Adapula yang menyatakan bahwa
mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa.
Rumusan lainnya menyetakan bahwa mengajar adalah mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk
melakukan proses belajar itu harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri
dengan kata lain anak-anaklah yang harus aktif belajar sedangkan guru
bertingkat sebagai pembimbing. Pada dasarnya pandangan ini menegaskan bahwa
mengajar ialah membingbing kegiatan belajar anak.
Secara lebih terperinci, konsep-konsep tentang mengajar dikemukakan lagi oleh
Oemar Hamalik dalam bukunya “Kurikulum dan Pembelajaran “sebagai berikut :
1. Mengajar
adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik / siswa di sekolah:
Dalam rumusan
ini terkandung beberapa konsep:
a. Pembelajaran
merupakan persiapan masa depan, dan sekolah berfungsi mempersiapkan mereka agar
mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
b. Pembelajaran
merupakan proses penyampaian pengetahuan.
c. Tinjauan
Utama Pembelajaran adalah menguasaan pengetahuan.
d. Guru
dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa, dia menentukan segala hal yang
dianggap tepat untuk disajikan kepada para siswanya.
e. Siswa
bersikap dan bertindang pasif, dia hanya menerima apa yang diberikan oleh
gurunya.
f.
Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas, tembok
sekolah menjadi benteng yang kuat yang membatasi hubungan dengan kehidupan
masyarakata.
2. Mengajar
adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan
sekolah
Implikasi dari
rumusan ini sebagai berikut:
a. Pembelajaran
bertujuan membentuk manusia berbudaya. Peserta didik diajar agar memiliki
kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakat itu.
b.
Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan. Dengan sendirinya
apa yang dimiliki oleh nenek moyang pada masa lampau itu harus diwariskan
kepada turunan berikutnya.
c.
Bahan Pembelajaran bersusmber dari kebudayaan. Kebudayaan dan
hasil kedudayaan diwariskan kepada siswa yang umumnya berupa benda dan non
benda; tertulis atau lisan dan berbagai betuk tingkah laku, norma dan
lain-lain.
d.
Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan. Mereka
harus mampu memamnfaatkan teknologi, sebagai aspek dari kebudayaan untuk
kehidupannya, serta mampu mengadakan penemuan-penemuan baru mengembangkan
kebudayaan yang telah ada.
3. Pembelajaran
adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik
Implikasi rumusan tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku
peserta didik, baik tingkah laku jasmaniah maupun tingkah laku rohaniah
b.
Kegiatan belajar berupa pengorganisasian lingkungan. Sekolah
berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan bagi perekembangan tingkah
laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar, bahan pelajaran, alat bantu
metode, dan lain-lain. Selain itu guru sendiri, suasana kelas, kelompok siswa,
lingkungan di luar sekolah semua menjadi lingkungan belajar yang bermakna bagi
perkembangan peserta didik.
c.
Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup. Aktivitas
belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban
menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah tujuan
yang diinginkan. Dalam hal ini guru sebagai organisator bagi siswa yang
potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal
4. Pembelajaran
adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang
baik
Rumusan ini bertitik tolak dari
pandangan bahwa pendidikan itu diarah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masayarakat. Implikasi dari dari rumusan ini adalah sebagai berikut:
a.
Tujuan pembelajaran adalah pembentukan warga Negara yang
produktif, yaitu yang memiliki keterampilan berbuat dan bekerja menghasilkan
barang- barang dan benda-benda kebutuhan masyarakatnya.
b.
Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja, di mana siswa
mendapat latihan dan pengalaman praktis.
c.
Peserta didik sebagai warga Negara yang berpotensi untuk
bekerja. Siswa tidak menginginkan berdiam diri dan pasif, semua ingin bekerja
bermain dan aktif melakukan kegiatan, yang tentunya semua itu harus disalurkan,
jika tidak maka akan mengakibatkan tingkah laku yang tidak diharapkan.
d.
Guru sebagai pimpinan dan pembingbing bengkel kerja. Guru
harus menguasai program keterampilan khusus dan menguasai strategi pembelajaran
keterampilan serta meyediakan proyek-proyek kerja dan menciptakan berbagai
kesibukan yang bermakna
5. Pembelajaran
adalah suatu proses membantu siswa dalam menghadapi kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Implikasi dari
rumusan ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan
pembelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakatnya.
Sekolah berfungsi menyediakan siswa untuk mengahadapi berbagai masalah dalam
kehidupan, mereka bukan dipersiapkan untuk menghadapai masa depan yang masih
jauh, melainkan untuk menadapi masalah-masalah sehari dalam kehidupannya, di
masyarakatnya.
b. Kegiatan
pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat. Masyarakat
memberikan sumbangan besar bagi pendidikan anak. Dan sebaliknya sekolah dapat
membantu masyarakat dalam memecahkan masalahnya. Selain itu sekolah berfungsi
memperbaiki kehidupan masyarakat
c. Siswa
belajar secara aktif. Potensi yang mereka miliki menjadi hidup dan berkembang.
Siswa turut merencanakan, berdiskusi, meninjau dan membuat laporan. Sehingga
perkembangannya selaras dengan kondisi masyarakatnya.
d. Guru
juga bertugas sebagai komunikator. Peranan sebagai komunukator tidak saja
memerlukan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan apresiasi namun juga
memerlukan ketrampilan berintegrasi dan bekerjasama dengan masyarakat.
C. Belajar Mengajar sebagai Suatu Sistem
Pada pembahasan terdahulu telah diuraikan mengenai
istilah “sistem”, di mana substansi dari sistem itu sendiri adalah adanya
beberapa komponen yang merupakan suatu sub sistem yang saling berintegrasi
sesamanya membentuk suatu totalitas fungsional, menuju suatu tujuan tertentu.
Adapun klasifikasi tujuan tersebut adalah
1. Tujuan
pendidikan umum adalah terciptanya manusia yang baik. Cirri manusia yang baik,
secara umum ada tiga: 1) Sehat badannya, memiliki keterampilan, 2) Pikirannya
cerdas serta pandai, 3) hatinya berkembang dengan baik. Dari ketiga cirri pokok
tersebut, muncullah tiga segi utama pendidikan, yaitu: 1) Pembinaan jasmani dan
keterampilan (psikomotor), 2) Pembinaan akal (kognitif), 3) Pembinaan hati
(afektif).
2. Tujuan
pendidikan nasional pada hakikatnya adalah klasifikasi umum yang diharapkan
telah dimiliki oleh setiap anak didik yang telah menyelesaikan suatu program
pendidikan.
3. Tujuan
Institusional (Tujuan Lembaga Pendidikan), adalah tujuan yang diharapkan
dicapai oleh lembaga atau jenis tingkatan sekolah, untuk sampai pada tujuan
umum. Jadi jelasnya tujuan ini merupakan tujuan sangat spesifik dan operasional
karena berorientasi pada hasil belajar atau perubahan tingkah laku muridnya
yang nyata, sehingga mudah diamati serta dinilai dengan menggunakan alat-alat
evaluasi yang berupa item-item tertentu.
Dalam menyusun atau merumuskan tujuan institusional perlu diperhatikan
pedoman atau ketentuan sebagai berikut:
a. Merumuskan
tujuan tersebut pada perubahan tingkah laku murid.
b. Mengkhususkan
tujuan tersebut dalam bentuk yang lebih konkrit dan terbatas. Maksudnya dari
beberapa pola tingkah laku hanya salah satu jenis saja yang dipilih agar mudah
diukur.
c. Memperhatikan
kondisi selama tingkah laku itu berlangsung, dan memanfaatkan tersebut bagi
kebutuhan murid secara nyata.
d. Menentukan
standar minimal yang diharapkan dari tingkah laku tersebut.
Dalam praktik perumusan tujuan institusi tidak semuanya lengkap
memenuhi keempat kriteria tersebut, tetapi memenuhi kriteria 1 dan 2 pun sudah
cukup memadai.
4. Tujuan
Intruksional Umum, adalah penjabaran dari tujuan kurikuler. Penajabaran yang berkali-kali
ini pada dasarnya adalah agara Rumuskan cirri tujuan pendidikan menjadi khusus
dan operasional. Sebab pada dasarnya, tujuan pendidikan hanya dapat tercapai
apabila telah dirumuskan secara khusus dan operasional.
5. Tujuan
Intruksional Khusus, adalah tujuan yang hendak dicapai pada akhir atau satu
kali kegiatan belajar mengajar. Di sini tujuan sudah sangat spesifik,
observable, measurable, dan hanya mengandung satu learning out come. Untuk
mencapai tujuan ini terdaat beberapa langkah yang harus diperhatikan.
1) Formulasikan
dalam bentuk operasional
2) Rumuskan
dalam bentuk produk belajar
3) Rumuskan
dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
4) Rumuskan
dengan sedemikian rupa sehingga menunjukkan dengan jelas tingkah laku yang
dituju.
5) Usahakan
hanya mengandung satu tujuan belajar
6) Rumuskan
tujuan dalam tingkat keluasan yang sesuai
7) Rumuskan
kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki
8) Cantumkan
standar tingkah laku yang dapat diterima.
1. Guru
Pada jaman
Hindu berkembang di Indonesia, kira-kira abad kelima belas, bangsa Indonesia
telah mengenal istilah “guru” yang pengertiannya mirip dengan abad ini. Istilah
guru pada jaman itu sering disertai istilah: “sang” atau “ki” yang berarti
(kaku atau hormat), dengan kata lain kedudukan guru adalah kedudukan yang terhormat
dalam pandangan raja atau rakyat. Secara umum guru berarti orang yang dapat
menjadi anutan serta memberikan jalan yang baik sesuai dengan kemajuan.
(Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, SD, Depag: Multiyasa, 1986. hal
35-36). Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2. Anak
didik
Anak didik
dalam proses pendidikan sangat vital, karena pada dasarnya pendidikan itu
sendiri diperuntukkan bagi mereka. Menurut Muhaimin ada beberapa hal yang harus
dipahami, di antaranya sebagai berikut:
a. Anak
didik bukan miniatur orang dewasa, dia mempunyai dunia sendiri sehingga metode
belajar mengajar tidak boleh disamakan dengan mereka.
b. Anak
didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu. Implikasinya proses
pendidikan harus mengikuti periode perkembangan tersebut.
Secara kodrati
anak didik memerlukan pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa, paling tidak
karena dua aspek, yaitu; Pertama, aspek paedagogis, para ahli memandang manusia
sebagai mahluk yang memerlukan pendidikan, dia memiliki potensi yang harus
dikembangkan.
Kedua, aspek
sosiologis kultural, sebagai mahluk sosial manusia tanggung jawab social yang
diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi
antara sesama anggota masyarakat. Pendidikan adalah upaya transformasi
kebudayaan dan nilai-nilai social kepada generasi muda.
3. Materi
Pelajaran
Materi
pelajaran adalah semua bahan pelajaran baik yangbersifat pengetahuan,
pemahaman, atau aplikasi yanghendak disampaikan pada anak didik. Materi-materi
pelajaran inilah yang harus menjadi acuan, baik bagi guru atau bagi anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan, sebagaimana telah kita ketahui, bahwa
materi pelajaran sering disebut juga sebagai kurikulum. Hal ini menunjukkan
kedudukan materi pelajaran merupakan perkara yang utama dalam sistem belajar
mengajar.
4. Pendekatan
dan Metode
Pendekatan
atau approach merupakan pandangan falsafi terhadap subjek-matter yang harus
diajarkan, yang urutannya melahirkan metode mengajar. Dan dalam pelaksanaannya
dijabarkan dalam tehnik penyajian bahan pelajaran.
Ada beberapa
pendekatan belajar dan mengajar yang akhir-akhir ini mendapat perhatian, di
antaranya.
a. Enquiry
Discovery Learning (Belajar menemukan sendiri)
Dalam
pendekatan ini guru tidak menayjikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi
anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan
menggunakan tehnik pendektan pemecahan masalah
b. Expository
learning
Dalam sistem
ini guru menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara
rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik hanya menyimak dan
merencanakan saja. Secara tertib dan teratur. Prosedur yang biasa ditempuh
adalah
1) Preparasi
(menyiapkan bahan secara lengkap dan sistematis)
2) Apersepsi
3) Presentasi
4) Resitasi
c. Mastery
learning
Mastery learning
atau biasa disebut belajar tuntas, adalah pendekatan yang bertujuan agar materi
pelajaran dikuasi oleh murid secara tuntas. Ada beberpa factor yang
mempengaruhi penguasaan penuh, antara lain:
1) Bakat
untuk mempelajari sesuatu
2) Mutu
pengajaran
3) Kesangguapan
untuk memahami pengajaran
4) Ketekunan
5) Waktu
yang tersedia untuk belajar.
d. Humanistic
education
Pendekatan ini
menitikberatkan pada upaya untuk membantu siswa agar sanggup mencapai
perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikannya. Karakteristik
metode ini adalah bahwa guru tidak membuat jarak terlalu jauh dengan siswanya.
Ia harus menempatkan diri dan berdampingan dengan siswa sebagai senior dan
konsultan.
Selain
pendekatan dalam proses belajar mengajar komponen yang tidak kalah pentingnya adalah
metode pengujian bahan pelajaran. Ada beberapa bentuk metode yang biasa
dipergunakan dalam proses belaar mengajar antara lain: 1) Metode ceramah, 2)
Metode diskusi, 3) Metode Tanya jawab, 4) Metode demonstrasi, 5) Metode
karyawisata, 6) Metode penugasan, 7) Metode pemecahan masalah, 8) Metode
simulasi, 9) Metode eksperimen, 10) Metode unik, 11) Metode sosio-drama, 11)
Metode kelompok, 12) Metode studi kemasyarakatan, 13) Metode berporgram, 14)
Metode modul (Ramayulis, op cit, hal 170).
e. Alat
bantu pengajaran
Alat Bantu
atau media pengajaran adalah sarana yang dipakai oleh guru untuk berkomunikasi
dengan siswanya dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa ciri umum media
ini, yaitu:
1) Media
memiliki ciri-ciri fisik (hardware)
2) Media
pengajaran memiliki ciri-ciri non fisik, yaitu kandungan pesan yang terdapat
dalam perangkat keras.
3) Penekanannya
pada visual dan audio
4) Memiliki
pengertian alat Bantu yang dapat digunakan di kelas maupun di luar kelas.
5) Merupakan
media komunikasi antar siswa dan guru
6) Dapat
digunakan secara masal maupun perorangan
7) Sikap
perbuatan, organisai, manajemen, yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.
5. Evaluasi
Evaluasi
adalah proses mendapatkan informasi untuk pengukuran dan penilaian ketika
menetapkan suatu keputusan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan evaluasi:
a.
Evaluasi adalah proses yang sistematis,
b. Evaluasi
memerlukan data dari objeknya
c.
Evaluasi tidak dapat terlepas dari tujuan pengajaran.
Adapun
tujuan dari adanya evaluasi pembelajaran adalah:
a. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
b. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran
c. Untuk
keperluan bimbingan dan konseling
d. Untuk
keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian
pada bab sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa dalam hakikatdan pendekatan sistem
belajar mengajar terdapat hal-hal sebagai berikut:
1. Hakikat
belajar adalah perubahan tingkah laku yang permanent sebagai akibat dari
latihan dan pengalaman.
2. Mengajar
bukan hanya mentransfer pengetahuan, akan tetapi seluruh upaya pengaturan
lingkungan belajar mengajar bagi anak didik agar mereka dapat belajar secara
efektif.
3. Belajar
mengajar sebagai suatu sistem adalah proses pembelajaran yang melibatkan
berbagai komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
4. Komponen-komponen
yang terlibat dalam proses belajar mengajar adalah;
a. Tujuan
b. Guru
c. Murid
d. Materi
pelajaran
e. Pendekatan
dan metode pembelajaran
f.
Alat Bantu mengajar
g. Evaluasi
DAFTAR
PUSTAKA
Oemar Hamalik, 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung:
Al Gesindo, 2004.
Muhibbin Syah, M. Ed, 2004. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, Bandung: Rosda.
Abin Syamsudin Makmun, MA, 2000. Psikologi Kependidikan,
Bandung: Rosda.
Abu Ahmadi, Joko TP, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Ahmad Tafsir, 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam.
Bandung: Rosda.
Azhar Arsyad, 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo,
2006.
Bimo Walkito, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta:
ANDI.
Harjanto, 2000. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Ngalim Purwanto, 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: Rosda.
Oemar Hamalik, 1999. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara.
Ramayulis, 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
S. Nasution, 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan Komentar Yach!