HAKIKAT DAN PENDEKATAN SISTEM DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR


HAKIKAT DAN PENDEKATAN SISTEM DALAM
PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Rasulullah Saw pernah bersabda “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim”. Adapula orang yang menyatakan carilah ilmu sejak berada dalam buaian sampai liang lahat. Dua pernyataan di atas memberikan gambaran bahawa ilmu merupakan perkara yang sangat penting. Dengan ilmu, manusia menjadi terampil. Dengan ilmu pula, manusia menjadi mahkluk yang bijak tahu mana yang baik, dan mana yang buruk, tahu apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Karena kedudukan ilmu seperti itulah, manusia dengan berbagai cara berusaha untuk mendapatkannya. Usaha untuk mendapatkan ilmu itu kita kenal dengan istilah belajar.
Apa hakikat belajar? “Belajar adalah suatu proses”. “Belajar adalah suatu Sistem”. Pertanyaan dan pernyataan tersebut telah cukup memberi gambaran bahwa belajar merupakan suatu perkara yang cukup rumit untuk dikaji. Berbagai teoriti tentang belajar telah banyak dikemukakan teori-teori tersebut saling melengkapi satu sama lain, sehingga menjadi sebuah panduan bagi guru dalam mengajar. Seorang guru yang tidak memahami hakikat belajar dengan baik, tidak akan menjadi pengajar yang baik.
Belajar dan mengajar adalah dua hal yang berbeda namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Di mana ada belajar, di situ ada mengajar, bahkan sebagai akibat gabungan kata “Belajar” dan kata “Mengajar” lahirlah makna baru yang berbeda dari makna kedua kata tersebut, makna belajar “Belajar “Mengajar” tidak dapat dipahami hanya dengan mengetahui konsep “belajar” dan “Mengajar” sebagaimana “Pondok Indah” tidak dapat dipahami hanya dengan mengetahui makna “Pondok” dan “Indah”. Belajar-mengajar yang diistilahkan dengan “Pembelajaran” memiliki arti, konsep, dan sistem tersendiri. Bahkan pembelajaran sebagai suatu sistem mendapatkan tempat tersendiri dalam buku-buku yang mengkaji persoalan strategi belajar mengajar. Atas dasar inilah kami menyusun makalah dengan judul “Hakikat dan Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Belajar Mengajar”.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kami uraikan mengenai penulisan makalah ini kami merumuskannya sebagai berikut:
  1. Apakah hakikat belajar?
  2. Apakah hakikat mengajar?
  3. Apa maksud melajar mengajar sebagai suatu sistem?

BAB II
PEMBAHASAN

A.         Hakikat Belajar

1.      Definisi Belajar
Banyak orang memahami bahwa belajar adalah menerima dan menghafal materi yang diberikan oleh seorang guru. Dan seorang siswa telah dianggap belajar apabila mampu menjawab soal-soal dalam ujian. Adapula yang memahaminya sebagai serangkaian latihan keterampilan yang harus dijalani seorang siswa. Dua pemahaman tersebut mungkin benar akan tetapi apakah belajar hanya berupa penguasaan materi pelajaran dan keterampilan? Untuk memahaminya secara utuh sebaiknya kita pahami berbagai definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Dr. Oemar Hamalik mendefinisikan belajar sebagai perubahan dan persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Definisi ini memberi pengertian, bahwa belajar adalah perubahan baik perubahan persepsi maupun perubahan tingkah laku. Sementara itu Muhibbin Syah, memberikan definisi belajar yang agak berbeda belajar menurut beliau adalah perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Definisi ini memiliki kelebihan dan kekurangan apabila dibandingkan dengan definisi pertama tadi. Kelebihannya memuat sifat dari perubahan itu, yaitu relative menetap atau permanen, dengan demikian perubahan yang tidak tetap bukanlah belajar. Selanjutnya perubahan itu merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi yang melibatkan proses kognitif. Jika ada perubahan yang terjadi akibat pertumbuhan dan perkembangan, yang tentunya tidak melibatkan proses kognitif, bukanlah belajar. Sedangkan kekurangannya adalah bentuk perubahan (Perubahan Persepsi) tidak disebutkan sebagai belajar.
Untuk melengkapi definisi tentang belajar kami mengutip penjelasan yang diberikan oleh Prof. Dr. Abin Syamsudin Makmun. “Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada mungkin pula bersifat tambahan atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada bahkan mungkin pula merupakan reduksi atau menghilangkan sifat kepribadian tertentu atau perilaku tertentu yang tidak dikehendaki (misalnya kebiasaan merokok, ekpresi marah, takut dan sebagainya).
Bertitik tolak dari penjelasan di atas, kiranya dapat dikemukakan beberapa hal tentang belajar:
                       a.          Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
                      b.          Bersifat Relatif Permanen, yang berarti akan bertahan dalam waktu yang relatif lama, tetapi perubahan tersebut tidak akan bertahan terus, pada waktu tertentu akan mengalami perubahan lagi sebagai akibat belajar.
                       c.          Perubahan tersebut dapat aktual, nampak, tetapi juga dapat bersifat potensial yang tidak nampak pada saat itu tetapi akan nampak di lain kesempatan.
                      d.          Perubahan tersebut melalui pengalaman dan latihan, bukan karena faktor kematangan, kelelahan, atau hal-hal yang bersifat Temporer.

2.      Belajar sebagai suatu sistem
Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar semua berinteraksi di dalamnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar. Apabila salah satu factor terganggu maka proses akan terganggu dan hasilpun akan terganggu, masing-masing faktor tersebut saling kait mengait satu sama lain, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem.
Sistem adalah merupakan jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkana atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan setiap kegiatan dari komponen-komponen adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut.
Masukan mentah adalah individu atau organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau anak yang akan belajar. Masukan instrumental adalah masukan yang berkaiatan dengan alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar, gedung, peraturan-peraturan. Peraturan merupakan masukan isntrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan masukan instrumen yang keras. Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar.

B.     Hakikat Mengajar
Pengertian mengajar ditafsirkan berbeda-beda oleh para ahli. Ada yang merumuskan bahwa adalah mewariskan kebudayaan masa lampau, kepada generasi baru secara turun temurun sehingga terjadi konservasi kebudayaan. Adapula yang menyatakan bahwa mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa. Rumusan lainnya menyetakan bahwa mengajar adalah mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar itu harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri dengan kata lain anak-anaklah yang harus aktif belajar sedangkan guru bertingkat sebagai pembimbing. Pada dasarnya pandangan ini menegaskan bahwa mengajar ialah membingbing kegiatan belajar anak. Secara lebih terperinci, konsep-konsep tentang mengajar dikemukakan lagi oleh Oemar Hamalik dalam bukunya “Kurikulum dan Pembelajaran “sebagai berikut :
1.      Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik / siswa di sekolah:
Dalam rumusan ini terkandung beberapa konsep:
a.       Pembelajaran merupakan persiapan masa depan, dan sekolah berfungsi mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat yang akan datang.
b.      Pembelajaran merupakan proses penyampaian pengetahuan.
c.       Tinjauan Utama Pembelajaran adalah menguasaan pengetahuan.
d.      Guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa, dia menentukan segala hal yang dianggap tepat untuk disajikan kepada para siswanya.
e.       Siswa bersikap dan bertindang pasif, dia hanya menerima apa yang diberikan oleh gurunya.
f.        Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas, tembok sekolah menjadi benteng yang kuat yang membatasi hubungan dengan kehidupan masyarakata.
2.      Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah
Implikasi dari rumusan ini sebagai berikut:
             a.    Pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya. Peserta didik diajar agar memiliki kemampuan dan kepribadian sesuai dengan kehidupan budaya masyarakat itu.
             b.      Pembelajaran berarti suatu proses pewarisan. Dengan sendirinya apa yang dimiliki oleh nenek moyang pada masa lampau itu harus diwariskan kepada turunan berikutnya.
             c.       Bahan Pembelajaran bersusmber dari kebudayaan. Kebudayaan dan hasil kedudayaan diwariskan kepada siswa yang umumnya berupa benda dan non benda; tertulis atau lisan dan berbagai betuk tingkah laku, norma dan lain-lain.
             d.       Siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan. Mereka harus mampu memamnfaatkan teknologi, sebagai aspek dari kebudayaan untuk kehidupannya, serta mampu mengadakan penemuan-penemuan baru mengembangkan kebudayaan yang telah ada.
3.      Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
             Implikasi rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
              a.      Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik, baik tingkah laku jasmaniah maupun tingkah laku rohaniah
             b.      Kegiatan belajar berupa pengorganisasian lingkungan. Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang dibutuhkan bagi perekembangan tingkah laku siswa, antara lain menyiapkan program belajar, bahan pelajaran, alat bantu metode, dan lain-lain. Selain itu guru sendiri, suasana kelas, kelompok siswa, lingkungan di luar sekolah semua menjadi lingkungan belajar yang bermakna bagi perkembangan peserta didik.
              c.      Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup. Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dari dalam diri peserta didik. Guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktivitas itu menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini guru sebagai organisator bagi siswa yang potensial itu, sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal
4.      Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik
          Rumusan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa pendidikan itu diarah untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masayarakat. Implikasi dari dari rumusan ini adalah sebagai berikut:
          a.          Tujuan pembelajaran adalah pembentukan warga Negara yang produktif, yaitu yang memiliki keterampilan berbuat dan bekerja menghasilkan barang- barang dan benda-benda kebutuhan masyarakatnya.
          b.          Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja, di mana siswa mendapat latihan dan pengalaman praktis.
          c.          Peserta didik sebagai warga Negara yang berpotensi untuk bekerja. Siswa tidak menginginkan berdiam diri dan pasif, semua ingin bekerja bermain dan aktif melakukan kegiatan, yang tentunya semua itu harus disalurkan, jika tidak maka akan mengakibatkan tingkah laku yang tidak diharapkan.
          d.          Guru sebagai pimpinan dan pembingbing bengkel kerja. Guru harus menguasai program keterampilan khusus dan menguasai strategi pembelajaran keterampilan serta meyediakan proyek-proyek kerja dan menciptakan berbagai kesibukan yang bermakna
5.      Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa dalam menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Implikasi dari rumusan ini adalah sebagai berikut :
a.       Tujuan pembelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakatnya. Sekolah berfungsi menyediakan siswa untuk mengahadapi berbagai masalah dalam kehidupan, mereka bukan dipersiapkan untuk menghadapai masa depan yang masih jauh, melainkan untuk menadapi masalah-masalah sehari dalam kehidupannya, di masyarakatnya.
b.      Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat. Masyarakat memberikan sumbangan besar bagi pendidikan anak. Dan sebaliknya sekolah dapat membantu masyarakat dalam memecahkan masalahnya. Selain itu sekolah berfungsi memperbaiki kehidupan masyarakat
c.       Siswa belajar secara aktif. Potensi yang mereka miliki menjadi hidup dan berkembang. Siswa turut merencanakan, berdiskusi, meninjau dan membuat laporan. Sehingga perkembangannya selaras dengan kondisi masyarakatnya.
d.      Guru juga bertugas sebagai komunikator. Peranan sebagai komunukator tidak saja memerlukan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan apresiasi namun juga memerlukan ketrampilan berintegrasi dan bekerjasama dengan masyarakat.

C.                  Belajar Mengajar sebagai Suatu Sistem

Pada pembahasan terdahulu telah diuraikan mengenai istilah “sistem”, di mana substansi dari sistem itu sendiri adalah adanya beberapa komponen yang merupakan suatu sub sistem yang saling berintegrasi sesamanya membentuk suatu totalitas fungsional, menuju suatu tujuan tertentu.
Adapun klasifikasi tujuan tersebut adalah
1.       Tujuan pendidikan umum adalah terciptanya manusia yang baik. Cirri manusia yang baik, secara umum ada tiga: 1) Sehat badannya, memiliki keterampilan, 2) Pikirannya cerdas serta pandai, 3) hatinya berkembang dengan baik. Dari ketiga cirri pokok tersebut, muncullah tiga segi utama pendidikan, yaitu: 1) Pembinaan jasmani dan keterampilan (psikomotor), 2) Pembinaan akal (kognitif), 3) Pembinaan hati (afektif).
2.       Tujuan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah klasifikasi umum yang diharapkan telah dimiliki oleh setiap anak didik yang telah menyelesaikan suatu program pendidikan.
3.       Tujuan Institusional (Tujuan Lembaga Pendidikan), adalah tujuan yang diharapkan dicapai oleh lembaga atau jenis tingkatan sekolah, untuk sampai pada tujuan umum. Jadi jelasnya tujuan ini merupakan tujuan sangat spesifik dan operasional karena berorientasi pada hasil belajar atau perubahan tingkah laku muridnya yang nyata, sehingga mudah diamati serta dinilai dengan menggunakan alat-alat evaluasi yang berupa item-item tertentu.
Dalam menyusun atau merumuskan tujuan institusional perlu diperhatikan pedoman atau ketentuan sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan tersebut pada perubahan tingkah laku murid.
b.       Mengkhususkan tujuan tersebut dalam bentuk yang lebih konkrit dan terbatas. Maksudnya dari beberapa pola tingkah laku hanya salah satu jenis saja yang dipilih agar mudah diukur.
c.       Memperhatikan kondisi selama tingkah laku itu berlangsung, dan memanfaatkan tersebut bagi kebutuhan murid secara nyata.
d.       Menentukan standar minimal yang diharapkan dari tingkah laku tersebut.
Dalam praktik perumusan tujuan institusi tidak semuanya lengkap memenuhi keempat kriteria tersebut, tetapi memenuhi kriteria 1 dan 2 pun sudah cukup memadai.
4.       Tujuan Intruksional Umum, adalah penjabaran dari tujuan kurikuler. Penajabaran yang berkali-kali ini pada dasarnya adalah agara Rumuskan cirri tujuan pendidikan menjadi khusus dan operasional. Sebab pada dasarnya, tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila telah dirumuskan secara khusus dan operasional.
5.       Tujuan Intruksional Khusus, adalah tujuan yang hendak dicapai pada akhir atau satu kali kegiatan belajar mengajar. Di sini tujuan sudah sangat spesifik, observable, measurable, dan hanya mengandung satu learning out come. Untuk mencapai tujuan ini terdaat beberapa langkah yang harus diperhatikan.
1)      Formulasikan dalam bentuk operasional
2)      Rumuskan dalam bentuk produk belajar
3)      Rumuskan dalam tingkah laku siswa, bukan tingkah laku guru.
4)      Rumuskan dengan sedemikian rupa sehingga menunjukkan dengan jelas tingkah laku yang dituju.
5)      Usahakan hanya mengandung satu tujuan belajar
6)      Rumuskan tujuan dalam tingkat keluasan yang sesuai
7)      Rumuskan kondisi dari tingkah laku yang dikehendaki
8)      Cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima.

1.      Guru
Pada jaman Hindu berkembang di Indonesia, kira-kira abad kelima belas, bangsa Indonesia telah mengenal istilah “guru” yang pengertiannya mirip dengan abad ini. Istilah guru pada jaman itu sering disertai istilah: “sang” atau “ki” yang berarti (kaku atau hormat), dengan kata lain kedudukan guru adalah kedudukan yang terhormat dalam pandangan raja atau rakyat. Secara umum guru berarti orang yang dapat menjadi anutan serta memberikan jalan yang baik sesuai dengan kemajuan. (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, SD, Depag: Multiyasa, 1986. hal 35-36). Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

2.      Anak didik
Anak didik dalam proses pendidikan sangat vital, karena pada dasarnya pendidikan itu sendiri diperuntukkan bagi mereka. Menurut Muhaimin ada beberapa hal yang harus dipahami, di antaranya sebagai berikut:
a.       Anak didik bukan miniatur orang dewasa, dia mempunyai dunia sendiri sehingga metode belajar mengajar tidak boleh disamakan dengan mereka.
b.       Anak didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu. Implikasinya proses pendidikan harus mengikuti periode perkembangan tersebut.
Secara kodrati anak didik memerlukan pendidikan dan bimbingan dari orang dewasa, paling tidak karena dua aspek, yaitu; Pertama, aspek paedagogis, para ahli memandang manusia sebagai mahluk yang memerlukan pendidikan, dia memiliki potensi yang harus dikembangkan.
Kedua, aspek sosiologis kultural, sebagai mahluk sosial manusia tanggung jawab social yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat. Pendidikan adalah upaya transformasi kebudayaan dan nilai-nilai social kepada generasi muda.

3.      Materi Pelajaran
Materi pelajaran adalah semua bahan pelajaran baik yangbersifat pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi yanghendak disampaikan pada anak didik. Materi-materi pelajaran inilah yang harus menjadi acuan, baik bagi guru atau bagi anak didik dalam kegiatan belajar mengajar. Bahkan, sebagaimana telah kita ketahui, bahwa materi pelajaran sering disebut juga sebagai kurikulum. Hal ini menunjukkan kedudukan materi pelajaran merupakan perkara yang utama dalam sistem belajar mengajar.

4.      Pendekatan dan Metode
Pendekatan atau approach merupakan pandangan falsafi terhadap subjek-matter yang harus diajarkan, yang urutannya melahirkan metode mengajar. Dan dalam pelaksanaannya dijabarkan dalam tehnik penyajian bahan pelajaran.
Ada beberapa pendekatan belajar dan mengajar yang akhir-akhir ini mendapat perhatian, di antaranya.
a.       Enquiry Discovery Learning (Belajar menemukan sendiri)
Dalam pendekatan ini guru tidak menayjikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan tehnik pendektan pemecahan masalah
b.       Expository learning
Dalam sistem ini guru menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik hanya menyimak dan merencanakan saja. Secara tertib dan teratur. Prosedur yang biasa ditempuh adalah
1)       Preparasi (menyiapkan bahan secara lengkap dan sistematis)
2)       Apersepsi
3)       Presentasi
4)       Resitasi
c.       Mastery learning
Mastery learning atau biasa disebut belajar tuntas, adalah pendekatan yang bertujuan agar materi pelajaran dikuasi oleh murid secara tuntas. Ada beberpa factor yang mempengaruhi penguasaan penuh, antara lain:
1)       Bakat untuk mempelajari sesuatu
2)       Mutu pengajaran
3)       Kesangguapan untuk memahami pengajaran
4)       Ketekunan
5)       Waktu yang tersedia untuk belajar.
d.       Humanistic education
Pendekatan ini menitikberatkan pada upaya untuk membantu siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikannya. Karakteristik metode ini adalah bahwa guru tidak membuat jarak terlalu jauh dengan siswanya. Ia harus menempatkan diri dan berdampingan dengan siswa sebagai senior dan konsultan.
Selain pendekatan dalam proses belajar mengajar komponen yang tidak kalah pentingnya adalah metode pengujian bahan pelajaran. Ada beberapa bentuk metode yang biasa dipergunakan dalam proses belaar mengajar antara lain: 1) Metode ceramah, 2) Metode diskusi, 3) Metode Tanya jawab, 4) Metode demonstrasi, 5) Metode karyawisata, 6) Metode penugasan, 7) Metode pemecahan masalah, 8) Metode simulasi, 9) Metode eksperimen, 10) Metode unik, 11) Metode sosio-drama, 11) Metode kelompok, 12) Metode studi kemasyarakatan, 13) Metode berporgram, 14) Metode modul (Ramayulis, op cit, hal 170).
e.       Alat bantu pengajaran
Alat Bantu atau media pengajaran adalah sarana yang dipakai oleh guru untuk berkomunikasi dengan siswanya dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa ciri umum media ini, yaitu:
1)      Media memiliki ciri-ciri fisik (hardware)
2)      Media pengajaran memiliki ciri-ciri non fisik, yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras.
3)      Penekanannya pada visual dan audio
4)      Memiliki pengertian alat Bantu yang dapat digunakan di kelas maupun di luar kelas.
5)      Merupakan media komunikasi antar siswa dan guru
6)      Dapat digunakan secara masal maupun perorangan
7)      Sikap perbuatan, organisai, manajemen, yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

5.      Evaluasi
Evaluasi adalah proses mendapatkan informasi untuk pengukuran dan penilaian ketika menetapkan suatu keputusan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan evaluasi:
a.        Evaluasi adalah proses yang sistematis,
b.       Evaluasi memerlukan data dari objeknya
c.        Evaluasi tidak dapat terlepas dari tujuan pengajaran.
Adapun tujuan dari adanya evaluasi pembelajaran adalah:
a.       Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b.       Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran
c.       Untuk keperluan bimbingan dan konseling
d.       Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian pada bab sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa dalam hakikatdan pendekatan sistem belajar mengajar terdapat hal-hal sebagai berikut:
1.       Hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku yang permanent sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
2.       Mengajar bukan hanya mentransfer pengetahuan, akan tetapi seluruh upaya pengaturan lingkungan belajar mengajar bagi anak didik agar mereka dapat belajar secara efektif.
3.       Belajar mengajar sebagai suatu sistem adalah proses pembelajaran yang melibatkan berbagai komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
4.       Komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar adalah;
a.       Tujuan
b.      Guru
c.       Murid
d.      Materi pelajaran
e.       Pendekatan dan metode pembelajaran
f.        Alat Bantu mengajar
g.       Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Oemar Hamalik, 2004. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Al Gesindo, 2004.

Muhibbin Syah, M. Ed, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda.

Abin Syamsudin Makmun, MA, 2000. Psikologi Kependidikan, Bandung: Rosda.

Abu Ahmadi, Joko TP, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Ahmad Tafsir, 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Rosda.

Azhar Arsyad, 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo, 2006.

Bimo Walkito, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI.

Harjanto, 2000. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto, 1994. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda.

Oemar Hamalik, 1999. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Ramayulis, 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

S. Nasution, 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.




0 komentar:

Post a Comment

Silahkan Komentar Yach!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites